Senin 13 Mar 2023 15:13 WIB

Hikmah Bila Hamba Allah Mati Mendadak

Nabi Muhammad bersabda, Kematian mendadak adalah sebuah penyesalan.

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Erdy Nasrul
Ilustrasi kematian.
Foto: AP Photo/Tatan Syuflana
Ilustrasi kematian.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mungkin kita sering menemukan orang yang meninggal atau mati secara mendadak. Tanpa penyakit yang dideritanya. Bahkan tak jarang terbetik kabar orang meninggal setelah melakukan aktivitas yang menyehatkan jasmani.

Lantas, apa hikmah di balik kematian mendadak itu?

Baca Juga

Dalam hadits riwayat Abu Daud dengan jalur sanad yang shahih, Nabi Muhammad SAW bersabda, "Kematian mendadak adalah sebuah penyesalan."

Ihwal kematian mendadak itu, dijelaskan dengan lebih rinci dalam hadits yang diriwayatkan dari Aisyah RA. Nabi Muhammad SAW bersabda, "Kematian mendadak adalah peristirahatan bagi orang beriman, dan penyesalan bagi orang kafir."

Dalam riwayat lain juga dijelaskan tentang kematian mendadak. Ibnu Abbas RA meriwayatkan bahwa Nabi Daud AS wafat secara mendadak pada hari Sabtu.

Zaid bin Aslam meriwayatkan perkataan Umar bin Khattab tentang dua macam manusia. Pertama adalah yang sulit menjemput kematian, dan kedua ialah yang mudah mencapai kematian. Dalam riwayat ini, Umar bin Khattab berkata:

"Jika sebagian dosa orang beriman tidak terhapus dengan amalan-amalannya (amal shaleh), maka ia sulit mencapai kematian karena ada penderitaan dan kesulitan yang dilaluinya untuk bisa mencapai derajat di surga. Sedangkan untuk orang kafir, jika dia mengerjakan perbuatan baik di dunia, maka mudah baginya menjemput kematian untuk menyempurnakan segala kebaikannya yang populer di dunia, (tetapi) kemudian neraka adalah tempatnya."

Bagi hamba-hamba yang beriman, yang senantiasa melakukan amal-amal kebajikan, Allah uji dengan segala kenikmatan dunia. Bahkan ujian ini termasuk kemudahan dalam menjemput kematian. Allah SWT berfirman dalam hadits qudsi:

"Demi Kemuliaan dan Keagungan-Ku, Aku tidak mengambil seorang hamba dari dunia yang Aku ingin menyiksanya, hingga Aku membalasnya dengan setimpal sesuai kebaikan yang dia kerjakan (selama di dunia). Dengan nikmat kesehatan, keberlimpahan rezeki, dan kemakmuran dalam hidupnya serta keamanan pada jalan yang ditempuhnya.

Bahkan Aku balas kebaikannya yang hanya seberat biji sawi. Bila masih tersisa kebaikan pada dirinya, maka Aku mudahkan kematian menjemputnya, sehingga ia tidak memiliki kebaikan yang melindunginya dari api neraka."

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement