Senin 13 Mar 2023 15:44 WIB

PIHC Dukung Ketersediaan Pupuk Bersubsidi

Pupuk Indonesia mendukung ketersediaan pupuk dalam negeri.

Rep: Muhammad Nursyamsi/ Red: Ahmad Fikri Noor
SVP Sekretaris Perusahaan PT Pupuk Indonesia (Persero) Wijaya Laksana (kiri) dan VP Komunikasi Eksteral Pupuk Indonesia Fekky Putra Palma (kanan) saat menyampaikan soal penugasan pupuk bersubsidi di kantor Kementerian BUMN, Jakarta, Senin (13/3/2023).
Foto: Muhammad Nursyamsi/Republika
SVP Sekretaris Perusahaan PT Pupuk Indonesia (Persero) Wijaya Laksana (kiri) dan VP Komunikasi Eksteral Pupuk Indonesia Fekky Putra Palma (kanan) saat menyampaikan soal penugasan pupuk bersubsidi di kantor Kementerian BUMN, Jakarta, Senin (13/3/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- SVP Sekretaris Perusahaan PT Pupuk Indonesia Holding Company (Persero) Wijaya Laksana mengatakan, Pupuk Indonesia mendukung ketersediaan pupuk dalam negeri. Wijaya menyampaikan perusahaan memiliki total kapasitas produksi pupuk hingga 13,39 juta ton setahun. Wijaya menyebut kapasitas tersebut amat mencukupi permintaan penugasan dari pemerintah terkait program pupuk bersubsidi.

"Total produksi Pupuk Indonesia Grup terdiri atas 8,8 juta ton urea, 3,5 jtua ton NPK, dan sisanya adalah jenis-jenis pupuk lain seperti ZA, SP36 dan lain-lain," ujar Wijaya di ruang media, Kantor Kementerian BUMN, Jakarta, Senin (13/3/2023).

Baca Juga

Wijaya mengatakan, pupuk bersubsidi merupakan program PSO perusahaan dalam menjalankan penugasan dari pemerintah. Dengan kapasitas produksi hingga 8,8 juta ton urea, lanjut Wijaya, Pupuk Indonesia mempunyai kemampuan untuk memenuhi penugasan pupuk bersubsidi tersebut. 

"Pupuk bersubsidi yang harus kita sediakan untuk pemerintah 4,6 juta ton. Artinya untuk pupuk urea, kemampuan kita untuk pupuk bersubsidi lebih dari cukup," ucap Wijaya.

Wijaya mengatakan kelebihan dari produksi Urea dialokasikan untuk pasar komersial, baik ritel, perusahaan, maupun sektor industri lain yang memerlukan Urea, seperti industri lem kayu. Tak hanya pupuk bersubsidi Urea, Wijaya menyampaikan, kapasitas produksi NPK mencapai 3,5 juta ton per tahun atau lebih tinggi dari kebutuhan pupuk bersubsidi NPK yang sebanyak 3,2 juta ton. 

Wijaya menyampaikan NPK memberikan tantangan tersendiri bagi perusahaan. Untuk kandungan nitrogen (N) yang berasal dari urea, Pupuk Indonesia dapat memenuhi melalui produksi sendiri. Sementara fosfor (P) mayoritas didatangkan dari Timur Tengah dan Cina. Kemudian, kandungan kalium (K) amat tergantung dengan Rusia dan Belarusia. Kondisi perang Rusia dan Ukraina mengakibatkan melambungnya harga kedua bahan baku pembuatan pupuk NPK tersebut. 

"Kalium (K) itu 30 persen kebutuhan dunia berasal Rusia dan Belarusia, sepertiga kebutuhan dunia hilang, makanya naiknya gila-gilaan. Dari awalnya 300 dolar AS per ton, kemarin sempat di angka 1.200 dolar AS per ton," ujarnya.

Wijaya menyampaikan Pupuk Indonesia pun bergerak cepat dengan mencari alternatif pasokan kalium dari negara lain seperti Kanada, Mesir, dan Laos.

"Sudah ada kesepakatan dengan beberapa perusahaan Rusia dan sumber bahan baku lain untuk kalium. Kita sudah dapat suplai dari Kanada, Mesir, dan Laos jadi kita bisa pastikan kebutuhan bahan baku sampai akhir tahun ini bisa relatif aman sudah tidak terpengaruh perang itu," kata Wijaya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement