REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perubahan cara berjalan yang dialami seseorang bisa menjadi tanda awal dari penyakit perlemakan hati alias fatty liver. Kondisi tersebut merujuk pada peningkatan penumpukan lemak di liver.
Penyakit ini bersifat kronis alias bisa bertahan selama bertahun-tahun, bahkan diidap seumur hidup. Perlemakan hati dapat diakibatkan konsumsi alkohol, pemakaian obat-obatan, pembekuan darah, juga pola makan yang buruk.
Perlemakan hati non-alkohol telah memengaruhi sebagian besar populasi, tetapi data menunjukkan tren ini akan meningkat di tahun-tahun mendatang. British Liver Trust mendefinisikan perlemakan hati non-alkohol sebagai kondisi jangka panjang yang disebabkan oleh terlalu banyak lemak di hati, tapi pengidapnya tidak mengonsumsi alkohol.
"Ini terkait erat dengan kelebihan berat badan serta kondisi seperti diabetes tipe dua dan penyakit jantung dan peredaran darah," ujar badan kesehatan tersebut, dikutip dari laman Express, Senin (13/3/2023).
Karena gejalanya tidak terlalu kentara pada awalnya, banyak pasien yang tidak tahu bahwa mereka mengidap penyakit tersebut. Namun, seiring dengan kemajuan informasi, pasien perlemakan hati ditengarai mengalami dua perubahan dalam cara berjalan.
Menurut Liver Trust, ada dua perubahan cara berjalan yang menandakan bahwa fungsi hati tengah terganggu. Seseorang mungkin berjalan dengan terhuyung-huyung atau punya kecenderungan untuk jatuh. Ini sering digambarkan sebagai gaya berjalan ataxic, yakni tampak tidak terkoordinasi dan tak teratur.