REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Puasa Ramadhan hukumnya wajib dikerjakan. Sesuatu yang diwajibkan oleh Allah SWT pastilah mengandung kebaikan dan manfaat yang sangat besar. Sebagaimana diketahui, puasa mengandung kebaikan secara lahir maupun batin.
Meski Allah SWT mewajibkan puasa Ramadhan, Dia Yang Maha Bijaksana memberikan kemudahan bagi orang-orang yang tidak mampu melaksanakan puasa Ramadhan. Kebijaksanaan dan kesempurnaan ajaran agama Islam ini dapat dilihat pada Alquran Surah Al-Baqarah Ayat 184.
اَيَّامًا مَّعْدُوْدٰتٍۗ فَمَنْ كَانَ مِنْكُمْ مَّرِيْضًا اَوْ عَلٰى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِّنْ اَيَّامٍ اُخَرَ ۗوَعَلَى الَّذِيْنَ يُطِيْقُوْنَهٗ فِدْيَةٌ طَعَامُ مِسْكِيْنٍۗ فَمَنْ تَطَوَّعَ خَيْرًا فَهُوَ خَيْرٌ لَّهٗ ۗوَاَنْ تَصُوْمُوْا خَيْرٌ لَّكُمْ اِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُوْنَ
(Yaitu) beberapa hari tertentu. Maka, siapa di antara kamu sakit atau dalam perjalanan (lalu tidak berpuasa), (wajib mengganti) sebanyak hari (yang dia tidak berpuasa itu) pada hari-hari yang lain. Bagi orang yang berat menjalankannya, wajib membayar fidyah, (yaitu) memberi makan seorang miskin. Siapa dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan, itu lebih baik baginya dan berpuasa itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui. (QS Al-Baqarah: 184)
Dalam Tafsir Kementerian Agama dijelaskan, Surah Al-Baqarah ayat 184 dan permulaan ayat 185, menerangkan bahwa puasa yang diwajibkan ada beberapa hari yaitu pada bulan Ramadhan menurut jumlah hari bulan Ramadhan (29 atau 30 hari).
Nabi Muhammad SAW semenjak turunnya perintah puasa sampai wafatnya, beliau selalu berpuasa di bulan Ramadhan selama 29 hari, kecuali satu kali saja bulan Ramadhan genap 30 hari.
Sekalipun Allah SWT telah mewajibkan puasa pada bulan Ramadhan kepada semua orang yang beriman. Namun Allah Yang Maha Bijaksana memberikan keringanan kepada orang-orang yang sakit dan musafir, untuk tidak berpuasa pada bulan Ramadhan dan menggantinya pada hari-hari lain di luar bulan tersebut.