REPUBLIKA.CO.ID, SUKABUMI — Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Sukabumi, Jawa Barat, berupaya mengantisipasi dampak musim kemarau. Untuk itu, BPBD Kota Sukabumi memetakan potensi dampak musim kemarau, seperti kekeringan ataupun kekurangan air bersih.
“Kami sudah petakan dengan menggunakan proyeksi yang sudah ada data baseline-nya,” kata Kepala Seksi Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Kota Sukabumi Zulkarnain Barhami, Senin (13/3/2023).
Menurut Zulkarnain, potensi kekeringan akibat dampak kemarau di tujuh kecamatan wilayah Kota Sukabumi sudah dikategorikan berdasarkan tingkat risikonya, yaitu rendah, sedang, dan tinggi. “Tertinggi risikonya di Kecamatan Cikole dan Kecamatan Citamiang,” kata dia.
Zulkarnain mengatakan, tipikal dampak kemarau berupa kekeringan di Kota Sukabumi lebih pada persoalan kekurangan air bersih. Mengantisipasi hal itu, kata dia, akan dilakukan koordinasi dengan pihak terkait, terutama PDAM.
Berdasarkan rekomendasi dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Zulkarnain mengatakan, pemerintah daerah diminta bersiap menghadapi musim kemarau dan mengantisipasi potensi dampaknya.
Terutama di wilayah dengan potensi musim kemarau di bawah normal atau lebih kering dibandingkan biasanya. Pasalnya, Zulkarnain mengatakan, di wilayah dengan kondisi tersebut mempunyai potensi peningkatan risiko bencana kekeringan meteorologis, kebakaran hutan atau lahan, serta kekurangan air bersih.
Mengantisipasi potensi tersebut, pemerintah daerah akan berupaya mengoptimalkan penyimpanan air pada akhir musim hujan ini untuk memenuhi danau, waduk, embung, kolam retensi, atau penyimpanan air buatan lainnya melalui gerakan memanen air hujan.