Senin 13 Mar 2023 23:19 WIB

Cedera Kepala Berat Seperti yang Dialami David, Apakah Bisa Sembuh?

Pada cedera berat hingga pasien koma, sekitar 50 persennya biasanya tidak tertolong.

Rep: Desy Susilawati/ Red: Qommarria Rostanti
Tersangka penganiayaan Cristalino David Ozora, Mario Dandy Satriyo saat melakukan rekonstruksi kasus penganiayaan di Perumahan Green Permata Residences, Pesanggrahan, Jakarta, Jumat (10/3/2023). Rekonstruksi tersebut memperagakan sebanyak 40 adegan yang dilakukan sejumlah tersangka saat melakukan penganiayaan terhadap Cristalino David Ozora.
Foto: Republika/Thoudy Badai
Tersangka penganiayaan Cristalino David Ozora, Mario Dandy Satriyo saat melakukan rekonstruksi kasus penganiayaan di Perumahan Green Permata Residences, Pesanggrahan, Jakarta, Jumat (10/3/2023). Rekonstruksi tersebut memperagakan sebanyak 40 adegan yang dilakukan sejumlah tersangka saat melakukan penganiayaan terhadap Cristalino David Ozora.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Korban penganiayaan oleh Mario Dandi Satrioyo, David, mengalami cedera kepala berat akibat penganiayaan yang dialaminya. Bahkan ia sampai koma atau tidak sadarkan diri. Apakah cedera kepala yang dialami David sembuh dan kembali normal seperti pada kondisi sebelum penganiayaan?

Dokter spesialis bedah saraf Eka Hospital BSD yang juga menjabat sebagai Kepala Departemen Bedah Saraf RSCM, Dr dr Setyo Widi Nugroho, mengatakan cedera kepala secara klinis dibagi menjadi tiga yakni cedera kepala ringan, sedang, dan berat. Cedera kepala diklasifikasikan berdasarkan nilai glasgow coma scale (GCS). Nilai

Baca Juga

GCS sama atau kurang dari delapan didefenisikan sebagai cedera kepala berat, cedera kepala sedang memiliki nilai GCS sembilan sampai 13, dan cedera kepala ringan dengan nilai GCS 13 sampai 15.

"Pada cedera berat yang pasien koma, itu sekitar 50 persen pasiennya biasanya tidak tertolong, 50 persen lainnya, kalau survive akan dalam kondisi berat," kata dia dalam acara Ngobrol Sehat bersama Media bertema "Stroke, Trauma Kepala & Tumor Otak", Senin (13/3/2023).

Dokter Setyo mengatakan, sekitar 25 sampai 35 persen itu akan bisa kembali normal. Menurutnya, cedera kepala berat merupakan masalah yang cukup pelik di dalam bedah saraf.

"Apakah bisa pulih atau tidak? Jika dia masuk kedalam kelompok 30 persen, bersyukur. Tapi ingat bahwa 70 sampai 75 persen itu dia tidak akan berada dalam kondisi yang pada umumnya membutuhkan bantuan pada saat hidup," jelasnya.

Kapan pasien bisa disebut dalam kondisi baik? Dokter Setyo mengatakan, tenaga medis atau dokter bisa menilai pasien dalam kondisi baik atau tidak, setelah enam bulan perawatan. Menurutnya, hal itu bisa dilihat dari glasgow outcome score atau scale.

Nilai tersebut akan dibagi dalam beberapa parameter, lalu akan dilihat pasien berada di mana. Ada lima kelompok pembagian, mulai dari meninggal, disabilitas, moderat, mild, dan lainnya.

"Dinilainya enam bulan setelah perawatan akan melihat status terakhir pasien seperti apa," ujarnya.

Dokter Setyo mengungkapkan, berdasarkan pengalamannya merawat pasien, jika pasien dalam bulan pertama mendapatkan kemajuan yang cukup signifikan, biasanya arah ke arah yang cukup baik. "Ya mudah-mudahan, yang kita lihat ada perbaikan. Kita berdoa bersama, mudah-mudahan ada perbaikan," ujarnya.

Dia menjelaskan, cedera kepala berat dampak terburuknya adalah meninggal. Selain itu akan mengalami disabilitas. Seumur hidup pasien akan seperti "pohon". Pasian akan vegetatif seperti "pohon", pasien hidup namun tidak bisa memahami lingkungan.

"Manusia itu bisa hidup, dia bisa makan dan minum, fungsi-fungsi dasarnya, jantung masih berfungsi, namun dia hilang kontak dengan lingkungannya, dia memahami namun tidak bisa merespons," ujarnya.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement