REPUBLIKA.CO.ID, CIREBON -- Sebanyak 83 ekor sapi di 21 desa di Kabupaten Cirebon, terserang penyakit Lumpy Skin Desease (LSD) atau yang dikenal dengan istilah penyakit lato-lato. Upaya penanganan pun telah dilakukan instansi terkait.
Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Cirebon, Alex Suheriyawan, menjelaskan, berdasarkan pendataan hingga 7 Maret 2023, puluhan ekor sapi yang terserang LSD itu di Kecamatan Greged sebanyak satu ekor, Kecamatan Beber enam ekor, dan Kecamatan Susukan Lebak 14 ekor.
Selain itu, Kecamatan Dukupuntang enam ekor, Kecamatan Gebang 33 ekor, Kecamatan Mundu empat ekor, Kecamatan Pasaleman dua ekor, Kecamatan Karangwareng empat ekor, Kecamatan Pangenan dua ekor, Kecamatan Pabuaran satu ekor, Kecamatan Astanajapura tiga ekor, Kecatan Babakan tiga ekor, Kecamatan Tengah Tani dua ekor dan Kecamatan Plered dua ekor.
‘’Total ada 83 ekor, semuanya sapi potong,’’ kata Alex kepada Republika, Senin (13/3/2023).
Dihubungi terpisah, Kabid Peternakan dan Kesehatan Hewan Dinas Pertanjan Kabupaten Cirebon, Lis Nuraeni, mengatakan, terungkapnya kasus LSD itu pertama kali terdeteksi pada 30 Januari 2023. Namun, pihaknya belum mengetahui awal mula sumber penularan penyakit tersebut.
Saat mengetahui ada sapi yang diduga menderita LSD, Lis mengatakan, pihaknya langsung melaporkannya ke Pemprov Jabar dan mengambil sampel untuk selanjutnya dilakukan pemeriksaan sampel. "Ternyata hasilnya positif," kata Lis.
Lis mengatakan, setelah itu ditemukan kasus LSD pada sejumlah sapi lainnya di 14 kecamatan. Hingga akhirnya terdata ada 83 ekor sapi yang positif LSD. "Tapi, tidak ada sapi yang mati akibat LSD," cetus Lis.
Lis mengatakan, LSD merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus. Karena itu, pihaknya hanya sebatas mengobati gejala yang dialami sapi yang terpapar LSD.
Lis menambahkan, pihaknya juga memberikan edukasi kepada para peternak untuk mencegah LSD. Di antaranya dengan menjaga kebersihan pada ternak maupun kandangnya.