REPUBLIKA.CO.ID, HELSINKI -- Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI) melaporkan, Ukraina sebagai importir senjata terbesar ketiga di dunia pada 2022. Karena invasi Rusia ke Ukraina yang telah menyebabkan aliran besar bantuan militer Amerika Serikat dan Eropa ke Kiev.
SIPRI melaporkan, sejak 1991 ketika Ukraina merdeka di tengah jatuhnya Uni Soviet, hingga akhir 2021, Ukraina mengimpor beberapa senjata utama. Namun, invasi Moskow pada 24 Februari 2022 mengubah hal itu secara nyata.
Peneliti senior Program Transfer Senjata SIPRI, Pieter Wezeman, mencatat, kendati transfer senjata menurun secara global tahun lalu, penerimaan senjata ke Eropa meningkat tajam karena ketegangan antara Rusia dan sebagian besar negara Eropa lainnya. Dia mengatakan, setelah invasi Rusia ke Ukraina, negara-negara Eropa ingin mengimpor lebih banyak senjata.
SIPRI mengatakan, ekspor senjata telah lama didominasi Amerika Serikat dan Rusia. Kedua negara ini menjadi pengekspor senjata terbesar kedua selama tiga dekade terakhir.
Namun, kesenjangan antara keduanya semakin melebar secara signifikan, sementara jarak antara Rusia dan pemasok senjata terbesar ketiga, Prancis, semakin menyempit. SIPRI mengatakan, kemungkinan invasi Ukraina akan semakin membatasi ekspor senjata Rusia karena kebutuhan Moskow untuk memprioritaskan pasokan angkatan bersenjatanya sendiri dan rendahnya permintaan dari negara lain karena sanksi perdagangan.
Data SIPRI menunjukkan, ekspor senjata AS meningkat 14 persen antara periode 2013-2017 dan 2018-2022. Sementara Washington menyumbang 40 persen dari ekspor senjata global pada 2018-2022.
Sementara itu, ekspor senjata Rusia turun 31 persen antara dua periode tersebut, dan pangsa ekspor senjata globalnya menurun dari 22 persen menjadi 16 persen. Sementara ekspor Prancis meningkat dari 7,1 persen menjadi 11 persen.