REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Salah satu gerakan awal ketika sholat adalah mengangkat kedua tangan hingga di bawah telinga di takbiratul ihram. Nyatanya melakukan gerakan tersebut tidak hanya menjadi bagian dari rukun sholat saja, namun terdapat makna di dalamnya.
Menurut buku Rahasianya Shalat Orang-Orang Makrifat tulisan Imam Ghazali menyebutkan dalam pandangan orang makrifat, mengangkat tangan dinilai sangat penting, karena pada saat itu apa yang ada dalam genggaman tangan terlepas jatuh.
Allah SWT memerintahkan demikian seolah berkata, "Jika engkau berdiri di hadapan- Ku, bersikaplah seperti orang fakir (orang yang membutuhkan), tanpa memiliki sesuatu apapun. Segala sesuatu yang Aku kuasa-kan kepadamu, lepaskanlah! Berdirilah dengan tangan kosong dan letakkan tanganmu, karena Aku ada dalam hatimu."
Sebagaimana yang dicontohkan Rasulullah SAW. Beliau mengangkat tangan sambil menghadapkan telapaknya ke arah kiblat untuk membuktikan bahwa beliau bertangan kosong. Ketika menurunkannya, Rasul membalikkan telapak tangan ke belakang, seolah-olah melemparkan sesuatu dari tangannya.
Dengan mengangkat tangan, seolah-olah menunjukkan kepada Allah SWT bahwa Nabi Muhammad SAW telah meninggalkan sesuatu yang seharusnya ditinggalkan. Nabi SAW menghadap sebagai orang fakir yang sangat membutuhkan Allah SWT sebagai Sang Mahapemberi.
Baca juga: Arab Saudi-Iran Sepakat Damai Diprakarsai China, Ini Reaksi Amerika Hingga Negara Arab
Gerakan ini tentu saja harus disertai hati yang kosong dari urusan duniawi. Jika dalam hati masih ada hubbuddunya (cinta dunia), maka gerakan yang mulia tersebut tidak akan bermakna.
Sungguh tidak pantas, ketika mengangkat tangan terbuka, tetapi pikiran kita masih merasa memiliki dunia. Di hadapan Allah SWT kita tak memiliki apa-apa, karena apa yang ada pada diri kita, hakikatnya adalah milik Allah SWT.
Lalu mengapa kita sulit melepaskan sesuatu yang memang bukan milik kita? Jadi, sudah seharusnya saat mengangkat tangan, kita betul-betul menghadap dalam keadaan tak punya apa-apa.