Selasa 14 Mar 2023 09:19 WIB

Ini Dua Kuliner Sumatera Terenak dan Terbaik di Dunia

Pempek sebagai Gastrodiplomasi, yaitu kekuatan soft power diplomasi.

Rep: MASPRIL ARIES/ Red: Partner
.
Foto: network /MASPRIL ARIES
.

Pempek dengan aneka ragam dan jenis. (FOTO-FOTO : Maspril Aries)

KAKI BUKIT – Ada banyak ragam dan jenis kuliner atau makanan di seluruh Indonesia. Dari yang banyak itu, hanya beberapa saja yang dikenal di dunia dan masuk dalam daftar makanan (food) yang diakui dunia sebagai kuliner yang terenak dan terbaik di Indonesia.

Diantara yang beberapa saja itu, ada dua jenis kuliner dari Sumatera yang masuk dalam daftar kuliner dunia yang dinilai sebagai citra rasa Indonesia dan umat manusia di muka bumi.

Mau tahu dua kuliner asal Sumatera tersebut? Yaitu rendang dan pempek. Rendang dari Sumatera Barat (Sumbar) atau Ranah Minang dan pempek dari Sumatera Selatan (Sumsel) yang merupakan kuliner khas “Wong Kito” yang sudah menasional dan mendunia.

Kuliner rendang siap saja dalam kemasan.

Tahun 2011, Rendang menduduki peringkat pertama sebagai makanan terenak di dunia dalam World’s 50 Most Delicious Foods versi CNN International. Peringkat pertama tersebut diraih kuliner asal Ranah Minang tersebut selama delapan tahun berturut-turut sampai 2019. Selain rendang, juga nasi goreng makanan khas Indonesia pernah berada pada peringkat dua sebagai makanan terenak di dunia versi CNN International.

Tahun 2023 saatnya kuliner Pempek mendunia. Tim Taste Atlas dari website tasteatlas.com pada Maret 2023 melansir peringkat Best Seafood in The World. Ternyata kabar gembira yang datang, makanan khas Palembang yang bernama Pempek berada pada peringkat ke empat sebagai makanan atau hidangan laut terbaik di dunia di bawah Amêijoas À Bulhão Pato dari Portugal, Gambas al ajillo (Spanyol) dan Ceviche mixto (Peru).

Tasteatlas.com menggolongkan pempek sebagai hidangan dari ikan, makanan camilan dan kuliner yang digoreng. Lengkapnya tertulis, pempek adalah makanan ikan tradisional Indonesia yang terbuat dari daging ikan giling dan tapioka.

Peringkat Pempek pada Best Seafood in The World. (FOTO : www.tasteatlas.com)

Juga mereka tulis tentang asal usul masakan kota Palembang yang terletak di Provinsi Sumatera Selatan. Kisahnya, ada seorang warga Palembang tua sudah bosan dengan ikan goreng atau bakar tradisional, jadi dia memikirkan cara inovatif untuk menggiling daging, mencampurnya dengan tepung tapioka, dan menggorengnya hingga menjadi renyah dan lezat sebagai camilan.

Dia juga menjual makanannya dengan berkeliling kota atau kampung. Seiring waktu, pempek dikenal sebagai makanan ringan yang patut dipuji, dan saat ini dianggap sebagai makanan tradisional Indonesia yang lezat. Sekarang ini ada beragam jenis dan bentuk pempek.

Produksi Pempek & Jenis

Masuknya pempek dalam daftar Best Seafood in The World versi Taste Atlas mendapat respon positif dari Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Palembang Ratu Dewa.

“Ini kabar gembira sekaligus kebanggaan bagi warga Palembang karena pempek mampu bersaing dengan kuliner khas berbahan ikan dari seluruh dunia. Pempek bisa tembus berada pada peringkat keempat sebagai makanan terbaik di dunia. Pempek kini sudah menjadi kesukaan bukan hanya warga Palembang, Sumatera Selatan dan Indonesia tapi juga manca negara,” katanya.

Sekda Ratu Dewa menjelaskan, Pempek di Palembang banyak diusahakan oleh UMKM. Produksi Pempek dalam satu hari di Palembang bisa mencapai satu ton. “Jika sedang ada even atau kegiatan nasional dan interanasional di Palembang, produksi pempek bisa mencapai 1,5 - 2 ton per hari. Pempek telah mendongkrak UMK dan juga pendapatan asli Kota Palembang,” ujarnya.

Menurut Sumarni Bayu Anita staf pengajar pada Stisipol Candradimuka dalam tesisnya berjudul “Kuliner dan Konstruksi Identitas Kelokalan Studi Kasus Tentang Pempek Bagi ‘Wong Kito’ di Kota Palembang” (UGM, 2012), menemukan bahwa secara keseluruhan, dengan melihat pempek yang diproduksi, didistribusi, dan dikonsumsi oleh Wong Kito di Palembang dapat dikatakan bahwa pempek memiliki peran ganda sebagai produk budaya dan produk pasar bagi orang Palembang.

Kemudian bahwa konstruksi identitas Wong Kito terhadap pempek sebagai ikon kuliner Kota Palembang terbangun secara spesifik melalui sejarah keberadaan Wong Kito itu sendiri dengan Kota Palembangnya, perilaku atau kebiasaan sosial mereka dalam kehidupan sehari-hari terutama pada aspek kuliner, dan perkembangan timbal-balik yang saling mengikat antara Wong Kito dengan makanan kebanggaan mereka: pempek.


Membeli pempek di Palembang ada di banyak tempat, ada juga di sentra pempek.

Di luar Palembang atau Sumsel, pempek itu itu selalu identik sebagai kuliner khas Palembang, selalu melekat kata “Palembang” di belakangnya. Sebenarnya pempek juga dibuat dan jadi makanan dari masyarat di 17 kabupaten dan kota dalam wilayah Provinsi Sumatera Selatan. Namun pempek juga bisa dijumpai di kota-kota lain di Indonesia. Dari komentar yang kerap muncul, pempek yang ada di Palembang dan di luar Sumatera Selatan adalah masalah rasa.

Sebagai kuliner yang terbuat dari campuran daging ikan, tepung tapioka, air dan garam, pada awalnya disebut pempek itu dibuat dengan campuran daging ikan belida yaitu ikan air tawar khas yang ada di Sumsel dan beberapa daerah di Sumatera. Namun kini ikan belida sudah dianggap ikan yang semakin langka maka campuran daging ikan berganti dengan ikan jenis lain, seperti ikan gabus, ikan tenggiri, ikan kakap, ikan parang-parang, ikan sebelah dan ikan ekor kuning atau ikan laut lainnya. Juga ada sekarang pempek dengan campuran daging udang dan dari ikan belut.

Suasana di sentra pempek 26 Ilir.

Jenis pempek juga kini semakin bervariasi dengan aneka ragam dan bentuk. Ada pempek berukuran besar seperti kapal selam dan pempek lenjer, serta pempek berukuran kecil seperti pempek telur kecil, pempek lenjer yang dipotong, pempek bulat (ada’an), pempek keriting/kerupuk, pempek tahu, pempek kulit, pempek pistel (isi pepaya muda yang ditumis) dan pempek panggang (tunu) serta pempek dos.

Sejarah Pempek

Tentang sejarah pempek ada beragam versi yang ditulis peneliti, sejarawan, sampai budayawan. Farida R Wargadalam dari FKIP Universitas Sriwijaya (Unsri) dalam bukunya berjudul “Pempek Sebagai Identitas Palembang” (2021) menulis keterkaitan Kerajaan Sriwijaya dan Kesultanan Palembang dengan pempek

Menurutnya, bagaimana mungkin mengaitkan pempek hingga ke Sriwijaya, yang jaraknya lebih dari 1300 tahun. Mungkinkah itu? Berdasarkan tulisan sebelumnya tentang Kerajaan Sriwijaya yang menyejahterakan rakyat sesuai Prasasti Talang Tuo. Dengan gamblang tertera bahwa kebutuhan utama Pempek (sagu dan aren) telah termaktub di dalam prasasti itu. Alam yang kaya memberikan peluang kepada manusia pendukungnya untuk melakukan kreativitas demi kelangsungan hidupnya.

Dengan Kesultanan Palembang Farida menulis, keterkaitan makanan khas ini dengan kerajaan dan Kesultanan Palembang, dapat dirunut dari akarnya yang menunjukkan bahwa jika pada masa Sriwijaya adanya bukti tertulis tentang keberadaan bahan pokok untuk pempek, yang tentunya pemenuhan bahan baku ini memberi peluang untuk dimanfaatkan secara maksimal.

Pempek dan cuko bersama kuliner palembang lainnya, ada otak-otak dan srikaya.

Versi yang lain menulis, nama Pempek atau empek-empek telah ada di Palembang sejak masuknya perantau Cina sekitar abad ke-16. Akulturasi budaya ini mengantarkan nama pempek tidak terlepas dari kebiasaan masyarakat sekitar menyebut nama “apek” sebagi sebutan untuk lelaki tua keturunan Tionghoa. Pembiasaan menyebut nama seseorang dengan, “Pek, Pek, Pek,” merupakan informasi kuat untuk menyatakan bahwa itulah asal nama sajian ini.

Menurut Rd. Muhammad Ikhsan dosen Fakultas Hukum Universitas Sriwijaya (Unsri) dalam tulisannya berjudul “101 Tahun Pempek Produk Niaga” (2017) dengan mengutip buku yang ditulis RHM. Akib berjudul “Sejarah dan Kebudayaan Palembang Adat Istiadat Perkawinan di Palembang,” terbit tahun 1975 menulis: “Kelesan kerupuk, kelesan lenjer, kelesan telor, kelesan senggol, kelempang, kerupuk, model tekwan, lenggang, celimpungan, laksan dan lain sebagainya. Perlu diberi penjelasan bahwa di Palembang sendiri nama makanan kelesan itu sudah dikelirukan dengan nama Empek-empek sebab apa?

Harga pempek di Palembang beragam dari yang termurah Rp1000 sampai ada yang Rp10.000 perbuah.

Pemerhati sejarah Palembang KMS H Andi Syarifuddin menyebutkan, masa Kesultanan Palembang, pempek disebut kelesan. Kelesan adalah panganan adat di dalam Rumah Limas yang mengandung sifat dan kegunaan tertentu. Dinamakan kelesan juga karena makanan ini dikeles atau tahan disimpan lama

Mana yang benar dari versi tersebut? Menurut Farida R Wargadalam, kapan pastinya makanan ini hadir ditengah masyarakat Palembang, belum ditemukan sumber yang valid. Jika dirunut dari isi Prasasti Talang Tuo yang menyebutkan bahan dasar pempek sudah termaktub di dalamnya.

Apakah lantas dapat dinyatakan bahwa pempek sudah ada sejak Sriwijaya? Sekalipun membutuhkan penelitian lebih lanjut, ada baiknya diangkat cerita tentang budaya mencampur tepung sagu dengan ikan yang sudah ada sejak zaman Sriwijaya. Hasil dari campuran tersebut dijadikan bekal ketika berperang.

Warisan Dunia & Gastrodiplomasi

Setelah masuk dalam daftar Best Seafood in The World, pempek juga sudah saatnya diperjuangkan dan terus didorong untuk mendapat pengakuan dari Unesco sebagai warisan budaya tak benda (WBTb). Perjuangan ini telah dilakukan sejak 2017. Di Indonesia oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia pempek telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Takbenda Indonesia tanggal 17 Oktober 2014.


Pempek sebagai warisan dunia yang berasal dari Palembang memang harus segera diusahakan mendapat pengakuan badan PBB tersebut agar tidak diklaim atau diakui daerah lain bahkan negara lain.

Dulu pada 2013, pempek pernah diklaim sebagai makanan khas Provinsi Jambi. Gubernur Sumsel saat itu Alex Noerdin langsung bereaksi dan menyatakan harus segera diajukan paten untuk pempek sebagai makanan khas Sumsel.

Untung saja pempek belum diklaim negara tetangga sebagai makanan khas mereka seperti halnya Malaysia yang mencoba mengakui batik sebagai budaya leluhur nenek moyang mereka. Menurut tokoh budaya dan seni Toton Dai Permana, “Kalau pun ada pejabat di Provinsi Jambi memperkenalkan pempek sebagai makanan khas daerahnya, mungkin karena dulunya Jambi adalah bagian dari Sumatera Bagian Selatan.”

Menurut Toton, pempek telah menjelma sebagi simbol. Bagi masyarakat Palembang, pempek merupakan makanan pokok kedua, setelah nasi. Hampir setiap hari masyarakat kota Palembang menikmati pempek. Selain itu masyarakat Palembang pun akan dengan bangga membawakan pempek sebagai oleh oleh bagi tamu atau temannya di rantau.

Pempek telah menjelma menjadi simbol kota Palembang. Belum lengkap datang ke kota Palembang kalau belum mencicip pempek dan cuko, dan membawanya sebagai oleh-oleh untuk keluarga.

Pempek frozen atau beku untuk bulan Ramadan.

Sebentar lagi bulan Ramadan tiba, produksi pempek akan meningkat di bulan Ramadan seiring dengan permintaan konsumen. Ini diakui oleh banyak pengusaha pempek dari skala UMKM sampai pengusaha pempek skala besar.

Dengan masuk dalam peringkat Best Seafood in The World 2023, maka Pempek go internasional atau sudah go internasional karena sudah dikenal luas di dunia. Dengan posisi tersebut, Pempek juga bisa menjadi bagian dari gastrodiplomasi Indonesia.

Gastrodiplomasi adalah sebagai kekuatan soft power diplomasi yang dilakukan banyak negara. Menurut Mary Jo A. Pham dalam “Food as Communication: A Case Study of South Korea’s Gastrodiplomacy” (2013), “Dalam kajian hubungan internasional gastrodiplomasi merupakan turunan dari diplomasi publik dan diplomasi budaya yang dapat dipahami sebagai usaha dari pemerintah dalam mengekspor warisan kuliner nasional negaranya untuk meningkatkan national awareness bangsa, investasi ekonomi dan perdagangan internasional.”

Thailand adalah negara yang memprakarsai gastrodiplomasi di dunia. Tahun 2002 negara gajah putih tersebut membuat program “Global Thai” dengan tujuan membuat restoran-restoran Thailand mendunia. Kemudian, Indonesia melalui KBRI yang ada di dunia, juga melakukan upaya gastrodiplomasi. Misalnya, KBRI selalu membuat festival budaya dan kuliner seperti: Summer Fancy Food Show pada 2015 di Australia, A Taste of Indonesia 2017 di Sydney dan Festival Kuliner pada 2018-2020 di Canberra dan di berbagai negara lainnya.

Tahun 2018 Kementerian Pariwisata membuat program Co-Branding Diaspora Restaurant dengan mengajak 130 restoran Indonesia di dunia. Tujuan untuk memperkenalkan kuliner Indonesia ke kancah Internasional yang menjadi batu loncatan dalam penerapan gastrodiplomasi karena dana yang dimiliki Indonesia belum mampu untuk mendirikan setiap restoran di berbagai negara.

Selain itu, gastrodiplomasi Indonesia mempunyai korelasi sebagai lokomotif dalam meningkatkan kepentingan nasional Indonesia dalam bidang ekonomi. Jika Pempek telah menjadi jago di dalam negeri, saatnya juga jago di dunia internasional melalui gastrodiplomasi. (maspril aries)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement