Selasa 14 Mar 2023 09:51 WIB

Arab Saudi Tolak Visa Untuk Delegasi Israel ke Acara Pariwisata PBB

Kementerian Pariwisata Israel mengecam penolakan aplikasi visa tersebut.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Nidia Zuraya
Bendera Israel dan Arab Saudi (ilustrasi). Arab Saudi telah menolak permohonan visa untuk anggota delegasi Israel yang diundang menghadiri konferensi Organisasi Pariwisata Dunia PBB di Al-Ula.
Foto: google.com
Bendera Israel dan Arab Saudi (ilustrasi). Arab Saudi telah menolak permohonan visa untuk anggota delegasi Israel yang diundang menghadiri konferensi Organisasi Pariwisata Dunia PBB di Al-Ula.

REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH -- Arab Saudi menolak permohonan visa untuk anggota delegasi Israel yang diundang menghadiri konferensi Organisasi Pariwisata Dunia PBB di Al-Ula.

Bloomberg melaporkan, pemukim Israel dari Kafr Kanna di Galilea akan bergabung dengan perwakilan dari 22 negara lain di konferensi tersebut, tetapi tidak mendapatkan visa yang sesuai meskipun ada permintaan dari PBB untuk perlakuan yang sama antara negara-negara anggota.

Baca Juga

Al-Ula di Arab Saudi dan kota Arab Israel, Kafr Kanna termasuk di antara 32 tempat yang dipilih oleh PBB untuk daftar tujuan wisata pedesaan terbaik tahun ini. "Ada harapan besar menjelang acara tersebut dan membuat frustrasi karena kami tidak diizinkan untuk ambil bagian," kata Wali Kota Israel Zakaria Napso seperti dikutip oleh situs berita Walla, Senin (13/3/2023).

Menurut Walla, Kementerian Pariwisata Israel mengecam penolakan aplikasi visa tersebut.  “Israel menyerukan Organisasi Pariwisata Dunia PBB dan badan-badan PBB lainnya untuk melestarikan pedoman PBB, termasuk perlakuan yang sama dalam memastikan partisipasi negara dalam acara organisasi. Dalam hal ini, organisasi tersebut gagal memenuhi standar ini, yang sangat disesalkan," ujarnya.

Masalah visa muncul setelah Arab Saudi mengumumkan telah memulihkan hubungan dengan Iran. Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan, dia menginginkan hubungan diplomatik penuh dengan Arab Saudi, sebagai langkah untuk memperluas kesepakatan normalisasi yang dicapai dengan UEA dan Bahrain pada 2020. Normalisasi tersebut ditengahi Amerika Serikat di bawah Kesepakan Abraham atau Abraham Accord. 

Israel dan negara Teluk berbagi keprihatinan atas program nuklir dan misil Iran serta jaringan proksinya di wilayah tersebut. Namun Arab Saudi telah berhenti mengakui Israel secara formal karena tidak adanya resolusi untuk tujuan kenegaraan Palestina. 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement