REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Filter baru berbasis kecerdasan buatan (AI) di TikTok, yang disebut Bold Glamour, dianggap toxic atau beracun bagi pengguna. Filter ini dikhawatirkan mendorong mitos standar kecantikan di media sosial.
Filter telah dirilis ke lebih dari satu miliar pengguna aplikasi. Ketika filter ini digunakan, akan memadukan wajah asli pengguna dengan tampilan ideal yang dihasilkan AI.
Jutaan postingan di TikTok menunjukkan keterkejutan pada kekuatan super Bold Glamour. Banyak pengguna mengagumi bibir mereka yang montok, dagu yang lancip, dan alis halus bak seorang fashionista.
"Ini adalah serangan baru dari 'mitos kecantikan'," kata Kim Johnson, profesor keperawatan di Middle Georgia State University di Amerika Serikat, dikutip dari Japan Today, Selasa (14/3/2023).
Johnson menyebut dampak filter seperti Bold Glamour juga menyebabkan perilaku tidak sehat seperti diet berlebihan, perbandingan, dan rendah diri.
Filter dan efek semacam itu sebenarnya telah tersedia di TikTok, Instagram, dan Snapchat selama bertahun-tahun. Namun fitur generasi terbaru seperti Bold Glamour, tergolong lebih canggih.
"Itu seketika dan sangat kuat," kata Gwendolyn Seidman, profesor psikologi di Albright College, di Psychology Today.
Mereka yang mendambakan pengakuan sosial, seperti halnya remaja labil, dikhawatirkan jadi tidak realistis. Mereka tidak akan suka pada diri sendiri ketika tidak memakai filter.
Namun di luar estetika Bold Glamour yang meresahkan, para pengamat mempertanyakan tentang teknologi itu sendiri. Apakah aplikasi tersebut merupakan kemajuan besar dalam kecerdasan buatan?
"Apa yang sangat keren tentang ini adalah Anda dapat mengambil tangan Anda dan meletakkannya di depan wajah dan itu (terus terlihat) sangat nyata," jelas seleb media sosial, Luke Hurd di TikTok.
Sementara teknologi ini telah tersedia di komputer, filter video real-time sekarang juga tersedia di smartphone.
"Ini adalah AI bagi massa untuk mengubah penampilan seseorang dan itulah yang menarik perhatian banyak orang," kata Andrew Selepak, seorang profesor media sosial di University of Florida.
Saat dihubungi oleh AFP, TikTok menolak untuk membahas teknologi di balik aplikasi tersebut. Hal ini meninggalkan misteri tentang cara kerja Bold Glamour sebenarnya.
TikTok bersikeras mendukung "jujur pada diri sendiri dan itu layak didorong serta dirayakan. Tersedianya efek hanya untuk membantu memberdayakan "ekspresi diri dan kreativitas".
"Kami terus bekerja dengan mitra ahli dan komunitas kami, untuk membantu menjaga TikTok tetap menjadi ruang yang positif dan mendukung semua orang," kata TikTok dalam sebuah pernyataan.
Menurut para ahli, Bold Glamour menggunakan AI generatif, mengikuti ide awal pembautan ChatGPT. Atau seperti Dall-E, aplikasi yang dapat menghasilkan puisi atau karya seni dan desain sesuai permintaan secara instan.
Petr Somol, direktur riset AI di Gen, sebuah perusahaan keamanan teknologi, mengatakan jenis filter ini telah ada selama beberapa tahun, tetapi versi terbaru TikTok, di-setting dengan lebih baru.
Siwei Lyu, profesor ilmu komputer di State University of New York di Buffalo, mengatakan kecil kemungkinan platform besar seperti TikTok atau Instagram, secara sadar menyediakan layanan yang berbahaya bagi publik. Meskipun memang potensi penyalahgunaan akan selalu ada.