Selasa 14 Mar 2023 13:42 WIB

Makna Allah tidak Terlihat oleh Mata

Allah tidak dapat dijangkau oleh penglihatan orang-orang kafir.

Rep: Muhyiddin/ Red: Ani Nursalikah
Ilustrasi. Makna Allah tidak Terlihat oleh Mata
Foto: republika
Ilustrasi. Makna Allah tidak Terlihat oleh Mata

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Salah satu sifat wajib bagi Allah adalah Al-Khaliq yang artinya adalah Allah Maha Pencipta. Namun, dalam benak seorang Muslim mungkin pernah terlintas pertanyaan, apakah Allah tidak terlihat oleh mata?

Seperti yang difirmankan dalam Alquran,

Baca Juga

لَا تُدْرِكُهُ الْاَبْصَارُ

“Dia tidak terlihat oleh mata (abshar),” (QS al-An’am [6]: 103).

Lalu apa makna dari ayat tersebut? Dalam Kitab Al-Ibanah terbitan Turos Pustaka, Pendiri Mazhab Teologi Asy’ariyah, Imam Asy’ari menjelaskan, ayat tersebut mengandung kemungkinan arti bahwa penglihatan mata (abshar) tidak dapat menjangkau Allah di dunia, tetapi dapat menjangkau-Nya di akhirat.

Karena, melihat Allah merupakan kenikmatan yang paling utama, sementara kenikmatan yang paling utama itu pasti akan ada di tempat terbaik di antara dua tempat yang ada. Maksudnya adalah di antara dunia dan akhirat.

Menurut Imam Asy’ari, kemungkinan makna lain dari ayat tersebut adalah bahwa Allah tidak dapat dijangkau oleh penglihatan orang-orang kafir yang mendustakannya. Kesimpulan itu diambil karena semua ayat-ayat yang ada dalam Alquran selalu selaras, saling membenarkan satu sama lain.

Jadi, ketika Allah SWT menyatakan,

وُجُوهٌ يَوْمَئِذٍ نَاضِرَةٌ , إِلَى رَبِّهَا نَاظِرَةٌ

“Wajah-wajah (orang-orang mukmin) pada hari itu berseri-seri (nadhirah). Kepada Tuhannyalah mereka melihat (nazhirah). (QS al-Qiyamah [75]: 22-23)

Lalu Allah juga menyatakan dalam ayat lain, "Dia tidak terlihat oleh mata (abshar)," (QS al-An’am [6]: 103).

Mak, dari situ kita tahu bahwa yang Allah maksud adalah penglihatan orang-orang kafir yang tidak dapat menjangkau-Nya. Dalam bab selanjutnya, Imam Asy'ari juga menjelaskan Bani Israel pernah meminta untuk dapat melihat Allah sebagai bentuk pengingkaran terhadap kenabian Nabi Musa As dan juga keinginan mereka untuk beriman kepadanya sampai mereka melihat Allah secara nyata, karena mereka telah menyatakan,

“Kami tidak akan beriman kepadamu sebelum kami melihat Allah dengan terang.” (QS al-Baqarah [2]: 55).

Jadi saat mereka meminta Nabi Musa As agar mereka dapat melihat Allah karena masih enggan untuk beriman hingga Allah menampakkan diri-Nya, Allah menganggap permintaan tersebut sebagai sebuah kesalahan yang sangat besar. Tentu tanpa menafikan kemungkinan bahwa melihat Allah sebagai sesuatu yang mustahil.

Hal ini sama seperti ketika Allah menganggap permintaan kaum Ahlul Kitab yang meminta diturunkan sebuah kitab dari langit sebagai sebuah kesalahan yang sangat besar, walaupun hal seperti ini sama sekali bukanlah sesuatu yang mustahil. Hal ini semata-mata karena menolak beriman kepada Nabi Muhammad SAW hingga ada sebuah kitab suci yang diturunkan dari langit secara langsung.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement