Selasa 14 Mar 2023 14:11 WIB

Rusia Setujui Perpanjangan 60 Hari Kesepakatan Perjanjian Koridor Gandum ke Ukraina

Kesepakatan itu telah memungkinkan ekspor 24 juta ton serealia melalui Laut Hitam.

Rep: Amri Amrullah/ Red: Nidia Zuraya
Petani dari pertanian Voznesenka-Agro memanen bersama mereka di truk di ladang gandum tidak jauh dari Melitopol, Ukraina selatan, Kamis, 14 Juli 2022.
Foto: AP Photo
Petani dari pertanian Voznesenka-Agro memanen bersama mereka di truk di ladang gandum tidak jauh dari Melitopol, Ukraina selatan, Kamis, 14 Juli 2022.

REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA -- Delegasi Rusia dalam pembicaraan dengan pejabat senior Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengatakan Moskow pada Senin (13/3/2023), telah menyetujui perpanjangan kesepakatan ekspor serealia atau biji-bijian yang telah membantu menurunkan harga pangan global di tengah perang di Ukraina. Namun delegasi Moskow menyebut perpanjangan ini hanya untuk 60 hari kedepan, karena Kremlin akan menunggu perubahan bagaimana pengaturan itu bekerja.

PBB mengatakan pihaknya akan mencatat itu sebagai pengumuman dari Rusia dan menegaskan kembali dukungannya untuk kesepakatan yang dibuat pada bulan Juli lalu. Yakni sebagai bagian dari tanggapan global terhadap krisis biaya hidup paling parah saat ini.

Baca Juga

Dua negara, AS dan Turki menjadi perantara kesepakatan antara negara-negara yang bertikai yang memungkinkan Ukraina, sebagai salah satu lumbung utama dunia produksi serealia, bisa segera mengirimkan bahan makanan dan pupuk dari tiga pelabuhan Laut Hitamnya.

Perjanjian 120 hari itu diperbarui November lalu. Perpanjangan itu berakhir pada hari Sabtu, dan seharusnya perjanjian itu diperpanjang 120 hari kedepan sesuai rencana yang telah dipersiapkan.

Ukraina menuduh bahwa proposal Rusia untuk memperpanjangnya hanya selama 60 hari bertentangan dengan kesepakatan. Meskipun dalam bahasa perjanjian sebelumnya, memungkinkan para pihak untuk membatalkannya atau memodifikasi perjanjian, seperti yang dilakukan Rusia pada Senin.

Perjanjian baru tanpa komitmen itu, direspon PBB seperti pengkhianatan atas ketidakmampuan badan dunia tersebut, dalam melakukan pemaksaan. Rusia sebagian besar dapat melakukan apa yang ingin dipatuhi atau menolak kesepakatan itu, membiarkan masalah ini tergantung pada negara-negara di dunia berkembang, yang dianggap paling menguntungkan.

“Sekretaris Jenderal PBB telah mengonfirmasi bahwa PBB akan melakukan segala yang mungkin untuk menjaga integritas Prakarsa Biji-bijian Laut Hitam dijalankan dan memastikan kesinambungannya,” demikian pernyataan PBB.

Ditekankan bahwa kesepakatan itu telah memungkinkan ekspor 24 juta ton biji-bijian serealia dan lebih dari 1.600 perjalanan dengan kapal melalui Laut Hitam. Dimana lebih dari setengah ekspor ditujukan ke negara-negara berkembang.

Di Washington, juru bicara Departemen Luar Negeri AS Ned Price menekankan perlunya memperpanjang kesepakatan biji-bijian serealia itu, dengan menggambarkannya sebagai instrumen penting pada saat kritis.

Moskow telah menyuarakan rasa frustrasi karena kesepakatan paralel telah gagal untuk sepenuhnya membuka pintu bagi ekspor biji-bijian serealia dan pupuk Rusia melalui Laut Hitam. Namun, pengiriman gandum Rusia secara keseluruhan berada pada atau mendekati rekor tertinggi pada bulan November, Desember dan Januari, meningkat 24 persen dibandingkan tiga bulan yang sama tahun sebelumnya, menurut penyedia data keuangan Refinitiv.

“Pembicaraan yang komprehensif dan terus terang sekali lagi menegaskan bahwa sementara ekspor komersial produk Ukraina dilakukan dengan kecepatan tetap, membawa keuntungan besar ke Kiev, namun pembatasan pada eksportir pertanian Rusia masih berlaku,” kata delegasi Rusia dalam sebuah pernyataan.

“Pengecualian sanksi untuk makanan dan pupuk yang diumumkan oleh Washington, Brussel, dan London pada dasarnya tidak berlaku,” klaimnya.

Juru bicara PBB Stephane Dujarric mengatakan organisasi tersebut telah bekerja untuk memfasilitasi ekspor pertanian Rusia, mencatat bahwa sementara makanan dan pupuk Rusia belum diberi sanksi. Namun berbagai perusahaan swasta berhati-hati untuk berurusan dengan produk Rusia. “Itulah sebabnya kami telah meminta surat kenyamanan dari pemerintah tertentu,” kata Dujarric.

Sebagai bagian dari pengaturan, Moskow menginginkan amonia Rusia dialirkan melalui pipa melintasi Ukraina ke pelabuhan Laut Hitam untuk kemungkinan ekspor. Pejabat Rusia juga mengatakan pembatasan perbankan dan biaya asuransi yang tinggi telah merusak harapan mereka untuk mengekspor pupuk.

Wakil Perdana Menteri Ukraina Oleksandr Kubrakov mengklaim bahwa posisi Rusia untuk memperpanjang kesepakatan hanya selama 60 hari bertentangan dengan dokumen yang membayangkan perpanjangan setidaknya 120 hari. Selanjutnya ia mengatakan Kiev sedang menunggu posisi resmi PBB dan Turki.

Rebeca Grynspan, sekretaris jenderal Konferensi Perdagangan dan Pembangunan PBB, dan Martin Griffiths, kepala badan kemanusiaan PBB, menjamu tim yang dipimpin oleh Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Vershinin di kantor PBB di Jenewa.

Ukraina dan Rusia adalah pemasok global utama gandum, jelai, minyak bunga matahari, dan makanan lainnya ke negara-negara di Afrika, Timur Tengah. Dengan sempat terhentinya pasokan global sebelumnya, sebagian penduduk di Asia, jutaan orang tidak memiliki cukup makanan. Rusia juga pengekspor pupuk utama dunia sebelum perang.

Hilangnya pasokan itu, setelah Rusia meluncurkan invasi besar-besaran ke Ukraina pada Februari 2022, mendorong harga pangan global lebih tinggi dan memicu kekhawatiran akan krisis kelaparan di negara-negara miskin.

Inisiatif Biji-bijian Laut Hitam melibatkan pemeriksaan kargo melalui laut oleh pejabat PBB, Rusia, Ukraina, dan Turki untuk memastikan bahwa hanya bahan makanan saja, dan bukan senjata, yang dapat diangkut.

Jumlah biji-bijian serealia yang meninggalkan pelabuhan Ukraina telah turun, bahkan saat kesepakatan itu berhasil diloloskan agar pasokan makanan tetap mengalir. Inspeksi kapal di bawah inisiatif biji-bijian telah turun tajam sejak diluncurkan dengan sungguh-sungguh pada bulan September, dan kapal pengangkut telah dicadangkan.

Kritikus Barat menuduh Rusia sengaja mengulur-ulur inspeksi. Sementara Moskow menyangkal hal itu.

\"Meskipun kesepakatan biji-bijian membantu menstabilkan harga pangan global, masih ada kekhawatiran tentang dampak kemungkinan pembatasan perdagangan dan cuaca terhadap harga, terutama gelombang panas,\" kata Michael Puma, direktur Pusat Penelitian Sistem Iklim Universitas Columbia yang penelitiannya berfokus pada keamanan pangan global.

“Gambaran besarnya, kami cukup beruntung bahwa kondisi cuaca memungkinkan… tingkat produksi yang tinggi di banyak biji-bijian serealia,” katanya.

Di garis depan di Ukraina, kota timur Bakhmut tetap menjadi tempat pertempuran sengit, dengan pasukan Ukraina, dan Kiev tetap menolak pasukan Rusia untuk merebutnya kembali setelah enam bulan pertempuran.

Dalam pidato video Senin malam, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy mencatat bahwa \"kondisi sangat sulit di timur, sangat menyakitkan.” Ia menambahkan bahwa “kita perlu menghancurkan kekuatan militer musuh, dan kita akan melakukannya.”

Kepala pasukan darat Ukraina, Kolonel Jenderal Oleksandr Syrskyi juga mencatat bahwa situasi di sekitar Bakhmut tetap sulit. Padahal Rusia dibantu dengan unit penyerangan dari grup militer Wagner, "maju dari beberapa arah, mencoba menerobos pertahanan pasukan kami dan maju ke distrik pusat kota," ujar Syrskyi.

Kantor kepresidenan Ukraina mengatakan bahwa empat warga sipil tewas akibat penembakan terbaru, termasuk dua di wilayah selatan Mykolaiv. Tiga lainnya, termasuk seorang anak berusia 7 tahun, yang terluka.

Pada hari Senin, seorang warga sipil tewas di Avdiivka di wilayah Donetsk, tempat sebuah gedung sekolah dihancurkan, dan lima lainnya terluka oleh penembakan Rusia di desa Kostiantynivka. Seorang lainnya tewas dalam penembakan di Znob-Novhorodske di wilayah Sumy utara yang juga melukai empat orang.

Pejabat Rusia menuduh pasukan Ukraina menembaki kota Volnovakha di bagian wilayah Donetsk yang dikuasai Rusia yang menewaskan dua warga sipil dan melukai dua lainnya pada Senin.

sumber : AP
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement