REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA – Abdullah adalah putra yang paling dicintai Abdul Muthalib. Pernikahan Abdullah dan Aminah sendiri dilakukan melalui perjodohan.
Karena pada masa itu, Aminah adalah sosok wanita yang terkenal akan kebaikan hati dan sifatnya, serta yang paling mulia nasabnya dari kalangan suku Quraisy. Sehingga Abdul Muthalib pun tertarik menjadikan Aminah binti Wahab bin 'Abdu Manaf bin Zuhrah bin Kilab, sebagai menantu untuk anak kesayangannya.
Pada saat Aminah mengandung, Abdullah kemudian pergi berdagang ke Syam sehingga Aminah dengan berat hati harus merelakan kepergian suaminya.
Ketika rombongan dagang telah kembali ke Makkah, Aminah tidak bisa menjumpai Abdullah dan justru mendapatkan kabar bahwa suaminya sedang sakit di Madinah, karenanya tidak mampu untuk melakukan perjalanan pulang.
Abdul Muthalib lantas memerintahkan anaknya yang lain, Harits untuk menyusul Abdullah ke Madinah dan membawanya pulang setelah sembuh. Sayangnya sesampainya Al Harits di Madinah, Abdullah sudah meninggal dunia.
Dikutip dari buku Sirah Nabawiyah karya Ali Muhammad Ash- Shalabi, Abdullah dimakamkan di Madinah dekat dengan paman-pamannya dari Bani 'Addiy bin An-Najjar. Seolah-olah nasib berkata kepadanya bahwa misi Anda dalam kehidupan telah berakhir, dan bayi suci di dalam perut Aminah, Allah yang akan mengurusnya dengan kebijaksanaan-Nya, rahmat-Nya, didikan-Nya, dan persiapan-Nya untuk mengeluarkan manusia dari kegelapan menuju cahaya.
Pernikahan 'Abdullah dengan Aminah bukanlah awal dari perkara Nabi SAW. Ada yang berkata kepada Nabi SAW, "Apa awal mula perkara baginda?" Rasulullah SAW bersabda:
"Aku adalah (jawaban dari) doa ayahku Ibrahim dan kabar gembiranya 'Isa. Dan ibuku melihat bahwa keluar darinya cahaya yang menerangi istana-istana Syam."
Adapun doa Nabi Ibrahim AS yaitu :
"Ya Rabb kami, utuslah untuk mereka seseorang rasul dari kalangan mereka yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayat Engkau, dan mengajarkan kepada mereka Al-Kitab (Alqur'an) dan Al-Hikmah (As-Sunnah) serta menyucikan mereka. Sesungguhnya Engkaulah yang Mahakuasa lagi Maha Bijaksana." (QS. AI- Baqarah ayat 129)
Adapun kabar gembira Nabi Isa sebagaimana yang diisyaratkan dalam firman Allah ketika menceritakan tentang Isa Al-Masih.
"Dan (ingatlah) ketika Isa Ibnu Maryam berkata, 'Hai Bani Israil, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu, membenarkan kitab sebelumku, yaitu Taurat, dan memberi kabar gembira dengan (datangnya) seorang Rasul yang akan datang sesudahku yang namanya Ahmad (Muhammad).' Maka tatkala Rasul itu datang kepada mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata, mereka berkata, 'Ini adalah sihir yang nyata." (QS. Ash-Shaf ayat 6)
Lantas Nabi SAW bersabda:
"Dan ibuku melihat seolah-olah keluar darinya cahaya yang menerangi istana-istana Syam."
Ibnu Rajab menjelaskan, "Dan keluarnya cahaya itu ketika beliau lahir merupakan isyarat pada apa yang akan ia bawa berupa cahaya yang akan jadi petunjuk bagi penduduk bumi dan menghapus kegelapan sirik darinya.”
Sebagaimana Allah berfirman:
“Hai Ahli Kitab, sesungguhnya telah datang kepadamu Rasul Kami, menjelaskan kepadamu banyak dari isi Al-Kitab yang kamu sembunyikan dan banyak (pula yang) dibiarkannya. Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya dari Allah dan kitab yang menerangkan. Dengan kitab itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keridhaan-Nya ke jalan keselamatan, dan (dengan kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang-orang itu dari gelap gulita kepada cahaya yang terang benderang dengan seizin-Nya, dan menunjuki mereka ke jalan yang lurus?." (QS. Al-Ma'idah ayat 15-16).
Ibnu Katsir berkata, "Pengkhususan Syam dengan munculnya cahaya adalah isyarat pada tetap dan kokohnya agamanya di negeri Syam. Karena itu, pada akhir zaman negeri Syam menjadi benteng Islam dan muslimin. Dan di situ pula turun 'Isa ibnu Maryam di Damaskus di menara putih bagian timur.
Berkaitan dengan hal itu ada sebuah hadits riwayat Al-Bukhari dan Muslim:
“Senantiasa ada sekelompok dari umatku yang menang membela kebenaran. Mereka tidak dirugikan oleh orang yang hendak mengalahkan mereka atau menyelisihi mereka, hingga datang perkara Allah sedangkan mereka dalam keadaan demikian.' Dan dalam shahih Al-Bukhari, 'Sedangkan mereka berada di Syam.”