Selasa 14 Mar 2023 16:21 WIB

BSGI Diperpanjang, Rusia Ingin Ekspor Pertaniannya Dinormalisasi

Sikap Rusia soal koridor gandum tergantung normalisasi ekspor pertanian Rusia

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Esthi Maharani
Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Vershinin mengatakan, negaranya tidak keberatan dengan perpanjangan masa berlaku koridor gandum Laut Hitam atau Black Sea Grain Initiative (BSGI) selama 60 hari lagi terhitung sejak 18 Maret mendatang. Namun dia mengingatkan bahwa sikap lanjutan negaranya atas kesepakatan itu bakal ditentukan oleh normalisasi ekspor pertanian Rusia.
Foto: AP/Efrem Lukatsky
Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Vershinin mengatakan, negaranya tidak keberatan dengan perpanjangan masa berlaku koridor gandum Laut Hitam atau Black Sea Grain Initiative (BSGI) selama 60 hari lagi terhitung sejak 18 Maret mendatang. Namun dia mengingatkan bahwa sikap lanjutan negaranya atas kesepakatan itu bakal ditentukan oleh normalisasi ekspor pertanian Rusia.

REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA – Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Vershinin mengatakan, negaranya tidak keberatan dengan perpanjangan masa berlaku koridor gandum Laut Hitam atau Black Sea Grain Initiative (BSGI) selama 60 hari lagi terhitung sejak 18 Maret mendatang. Namun dia mengingatkan bahwa sikap lanjutan negaranya atas kesepakatan itu bakal ditentukan oleh normalisasi ekspor pertanian Rusia.

“Sikap kami selanjutnya akan ditentukan berdasarkan kemajuan nyata dalam normalisasi ekspor pertanian kami, bukan dengan kata-kata, tapi dalam perbuatan. Ini termasuk pembayaran bank, logistik transportasi, asuransi, ‘pencairan’ kegiatan keuangan, dan pasokan amonia melalui pipa ‘Tolyatti-Odessa’,” kata Vershinin setelah melakukan pembahasan BSGI dengan Sekretaris Jenderal Konferensi PBB tentang Perdagangan dan Pembangunan Rebeca Grynspan dan Wakil Sekretaris Jenderal PBB untuk Urusan Kemanusiaan dan Koordinator Bantuan Darurat Martin Griffiths di Jenewa, Swiss, Senin (13/3/2023), dikutip laman TRT World.

Baca Juga

Sementara itu, Martin Griffiths mengungkapkan, dalam pembicaraan di markas PBB di Jenewa, selain perihal BSGI, para delegasi turut membahas nota kesepahaman antara Rusia dan PBB untuk memfasilitasi ekspor makanan dan pupuk Rusia tanpa hambatan. Dia menegaskan, PBB berkomitmen penuh pada kedua hal itu.

“PBB akan melakukan segala yang mungkin untuk menjaga integritas kesepakatan gandum dan memastikan kesinambungannya,” ujar Griffiths.

Griffiths menekankan, kelanjutan BSGI sangat penting untuk ketahanan pangan global. “Karena harga dan ketersediaan biji-bijian dan pupuk belum kembali ke tingkat sebelum perang, menyebabkan kesulitan, terutama di negara-negara berkembang,” ucapnya.

Meski Rusia dan Ukraina tengah terlibat konflik, BSGI memungkinkan 24 juta metrik ton biji-bijian diekspor dengan aman dari Laut Hitam. Sebanyak 55 persen dari total ekspor dikirim ke negara-negara berkembang. BSGI telah meredam kekhawatiran global bahwa konflik Rusia-Ukraina dapat memicu krisis pangan dunia.

BSGI telah berhasil diperpanjang selama 120 hari terhitung sejak 19 November 2022. Pada 2 November tahun lalu, Presiden Rusia Vladimir Putin memutuskan untuk melanjutkan keterlibatan atau partisipasi negaranya dalam BSGI. Putin mengatakan, Ukraina telah memberikan jaminan kepada negaranya bahwa mereka tidak akan menggunakan koridor gandum untuk tujuan militer.

Pada 29 Oktober 2022, Rusia mengumumkan bahwa mereka menangguhkan implementasi kesepakatan BSGI. Hal itu dilakukan setelah sejumlah kapal dan infrastruktur militernya di Sevastopol menjadi sasaran serangan pesawat nirawak Ukraina. BSGI disepakati Rusia dan Ukraina pada 22 Juli 2022 di Istanbul, Turki. PBB dan Turki menjadi pihak yang mengawasi proses penandatanganan kesepakatan tersebut.

Lewat BSGI, Moskow memberi akses kepada Ukraina untuk mengekspor komoditas biji-bijiannya, termasuk gandum, dari pelabuhan-pelabuhan mereka di Laut Hitam yang kini berada di bawah kontrol pasukan Rusia. Itu menjadi kesepakatan paling signifikan yang dicapai sejak konflik Rusia-Ukraina pecah pada 24 Februari tahun lalu.

Rusia dan Ukraina merupakan penghasil 25 persen produksi gandum dan biji-bijian dunia. Sejak konflik pecah Februari 2022 lalu, rantai pasokan gandum dari kedua negara itu terputus. Ukraina tak dapat melakukan pengiriman karena jalur pengiriman dan pelabuhan-pelabuhan mereka berada di bawah kontrol Rusia. Sementara Moskow tak bisa mengekspor karena adanya sanksi Barat. Hal itu sempat memicu kekhawatiran bahwa dunia bakal menghadapi krisis pangan.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement