REPUBLIKA.CO.ID, SINGAPURA -- Harga minyak jatuh lebih dari satu persen di perdagangan Asia pada Selasa (14/3/2023) sore, memperpanjang penurunan hari sebelumnya. Ini karena runtuhnya Silicon Valley Bank yang mengguncang pasar ekuitas dan memicu kekhawatiran tentang krisis keuangan baru.
Minyak mentah berjangka Brent turun 82 sen atau 1,0 persen, menjadi diperdagangkan di 79,95 dolar AS per barel pada pukul 07.00 GMT. Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS tergelincir 82 sen atau 1,1 persen, menjadi diperdagangkan di 73,98 dolar AS per barel.
Pada Senin (13/3/2023), Brent turun ke level terendah sejak awal Januari, sementara WTI turun ke level terendah sejak Desember. Penutupan tiba-tiba SVB Financial memicu kekhawatiran tentang risiko bank lain akibat kenaikan tajam suku bunga Federal Reserve AS selama setahun terakhir.
Para pedagang sekarang tidak lagi mengharapkan kenaikan suku bunga 50 basis poin (bps) oleh Federal Reserve minggu depan, dengan proyeksi kenaikan 25 basis poin saat ini, bahkan menjelang rilis data harga konsumen AS pada Selasa.
Para ekonom yang disurvei oleh Reuters memperkirakan harga konsumen naik 0,4 persen pada Februari, yang akan menurunkan kenaikan IHK tahun ke tahun menjadi 6,0 persen pada Februari dan menandai kenaikan tahun ke tahun terkecil sejak September 2021.
Hasil inflasi konsumen AS yang lebih kuat dari perkiraan akan memberikan tekanan lebih lanjut pada harga minyak dalam jangka pendek. Hal itu diungkaop analis National Australia Bank dalam sebuah catatan.