REPUBLIKA.CO.ID, BADUNG -- Kementerian Kelautan dan Perikanan berencana menjadikan budi daya larva lalat (maggot) menjadi usaha berskala industri. Hal ini guna mengurangi ketergantungan Indonesia terhadap impor tepung ikan yang saat ini masih digunakan untuk bahan pakan ternak dan pelet ikan.
Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono saat ditemui pada sela-sela kegiatannya di Bali, Selasa (14/3/2023) menyampaikan langkah itu merupakan wujud keseriusan pemerintah menekan ketergantungan terhadap tepung ikan, yang hampir 100 persen ketersediaannya diimpor dari luar negeri.
"Kami impornya hampir 100 persen, hampir mendekati 100 persen untuk tepung ikan. Kenapa? Terus terang ikan-ikan kecil kita sendiri masih lebih banyak digunakan untuk konsumsi dibandingkan dengan tepung ikan. Tepung ikan lebih murah, sementara untuk konsumsi harganya lebih tinggi misalnya untuk bakso ikan," kata Sakti Wahyu Trenggono.
Oleh karena itu, KKP berencana membangun industri bahan pakan alternatif untuk menggantikan tepung ikan. Salah satunya usaha budi daya maggot dan udang, mengingat keduanya dapat menjadi bahan pengganti tepung ikan untuk pakan.
"Saya minta ke BPSDM (Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia KKP) untuk itu (maggot) dikembangkan menjadi industri, bukan lagi maggot yang skalanya kecil, tetapi bisa menjadi industri," kata dia.
Ia menjelaskan maggot memiliki kandungan yang kurang lebih sama dengan tepung ikan.
"Ini yang harus kami kembangkan ke depan. Jika ini berhasil, kita ketahui hasil dari maggot ingredient-nya tidak kalah jauh dengan tepung ikan. Kalau kita berhasil, kita dapat mengalahkan industri tepung ikan," ujarnya.