REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA– Lesunya dakwah di masjid kampus tak hanya dirasakan Masjid Ukhuwah Islamiyah Universitas Indonesia Depok, Jawa Barat. Situasi yang sama juga dirasakan aktivis dakwah kampus di Universitas Negeri Jakarta (UNJ).
Aktivis dakwah kampus dan mantan pengurus Lembaga Dakwah Kampus Sahabat Muslim (LDK Salim) Universitas Negeri Jakarta (UNJ), Dimas Ahmad menyebut aktivitas kajian atau dakwah mahasiswa di masjid kampus tersebut saat ini telah jauh menurun. Kondisi ini disebut berbeda jauh jika dibandingkan dengan situasi sebelum 2020.
"Kalau dulu itu setelah sholat Zuhur atau sholat Ashar atau bahkan sholat Maghrib itu masih banyak teman yang nongkrong di masjid, sekadar baca Alquran atau ngaji, diskusi atau mentoring. Tapi sekarang, mungkin bisa dihitung jari atau hanya beberapa kelompok doang yang melaksanakan itu," jelas Dimas yang dulu menjabat sebagai Kepala Departemen Humas dan Media LDK Salim UNJ, Selasa (14/3/2023).
Kondisi tersebut dinilai karena pandemi yang memberi dampak besar dalam aktivitas dakwah mahasiswa di kampus. Berlangsungnya sistem pembelajaran online pada masa pandemi yang bahkan masih berlangsung pada beberapa mahasiswa hingga kini, sangat berpengaruh atas situasi ini.
Meski sudah tidak lagi menjabat di LDK sejak 2022, dia mengaku sampai sekarang masih berinteraksi dengan para pengurus. Dia juga kerap kali memantau kegiatan dakwah mahasiswa di masjid UNJ yang memang dinilainya masih berbeda jauh dengan kondisi dulu.
"Sejak mahasiswa baru pada 2017, lalu 2018, 2019 lalu awal 2020, saat itu bahkan hampir semua fakultas di masjidnya atau musholanya setiap pekan itu mengadakan kajian. Sehari jadi bisa ada beberapa kajian di hari yg sama dan suasananya ramai," ujarnya.
Meski mengakui kegiatan dakwah mahasiswa sepi, dia meyakinkan, kondisi ini tidak terjadi karena adanya pembatasan aktivitas untuk kelompok atau golongan tertentu.
Baca juga: Arab Saudi-Iran Sepakat Damai Diprakarsai China, Ini Reaksi Amerika Hingga Negara Arab
Sepanjang pengalamannya mengelola kegiatan dakwah kampus, Dimas mengklaim tidak pernah ada kejadian pelarangan kajian untuk mahasiswa.
"Kajian dari mana-mana, bahkan bisa jadi semua aliran atau ngomongnya semua cabang. Misal NU, atau apapun kalau misalnya mengadakan kajian atau acara maka boleh boleh saja. Jadi aman-aman saja, walaupun fikrah atau pemikirannya beragam," katanya.
Dimas lalu berharap agar kedepannya riuh kegiatan dakwah mahasiswa bisa kembali. Terutama saat pembelajaran offline kini sudah muka diterapkan secara merata.
"Tahun ini kan sudah mau offline semua, insya Allah seharusnya masjid atau kajian kesialan bisa ramai lagi. Walaupun mungkin tidak seramai dulu," jelasnya.