Rabu 15 Mar 2023 13:16 WIB

Mantan PM Australia: Kesepakatan Kapal Selam Nuklir AUKUS Kesalahan Besar

Pembelian kapal selam nuklir dapat memiliki konsekuensi yang mematikan

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Esthi Maharani
Mantan perdana menteri Australia Paul Keating mengkritik kesepakatan pembelian dan pembangunan kapal selam bertenaga nuklir oleh negaranya di bawah aliansi AUKUS. Dia menilai, hal itu dapat memiliki konsekuensi yang mematikan.
Foto: EPA-EFE/RICHARD WAINWRIGHT
Mantan perdana menteri Australia Paul Keating mengkritik kesepakatan pembelian dan pembangunan kapal selam bertenaga nuklir oleh negaranya di bawah aliansi AUKUS. Dia menilai, hal itu dapat memiliki konsekuensi yang mematikan.

REPUBLIKA.CO.ID, CANBERRA – Mantan perdana menteri Australia Paul Keating mengkritik kesepakatan pembelian dan pembangunan kapal selam bertenaga nuklir oleh negaranya di bawah aliansi AUKUS. Dia menilai, hal itu dapat memiliki konsekuensi yang mematikan.

“Sejarah akan menjadi hakim dari proyek ini pada akhirnya. Namun saya ingin nama saya tercatat dengan jelas di antara mereka yang mengatakan ini kesalahan besar,” kata Keating dalam sebuah pernyataan, Rabu (15/3/2023).

Baca Juga

Tokoh yang menjabat sebagai perdana menteri periode 1991-1996 itu mengatakan, Australia secara buta mengikuti Amerika Serikat (AS) dan Inggris, termasuk soal anggapan bahwa Cina menimbulkan ancaman militer yang nyata.

“Apa gunanya Cina ingin menduduki Sydney dan Melbourne? Secara militer? Dan bisakah mereka melakukanya? Pertanyaannya sangat bodoh, hampir tidak layak untuk dijawab,” ujar Keating.

Dia mengungkapkan, Australia memulai perjalanan yang berbahaya dan tidak perlu atas desakan AS. Menurutnya, hal itu dapat membawa konsekuensi mematikan jika Australia terjerat konflik di masa depan.

“Menandatangani negara dengan kecenderungan asing dari negara lain, AS, dengan orang Inggris yang bodoh di belakang bukanlah pemandangan yang indah,” kata Keating.

Para pemimpin negara anggota AUKUS, yakni Perdana Menteri Australia Anthony Albanese, Perdana Menteri Inggris Rishi Sunak, dan Presiden AS Joe Biden mengadakan pertemuan di San Diego, California, Senin (13/3/2023). Pada kesempatan itu, Albanese mengumumkan bahwa negaranya akan membeli kapal selam nuklir buatan AS.

“(Ini) merupakan investasi tunggal terbesar dalam kapabilitas pertahanan Australia dalam sejarah kami,” ujar Albanese.

Menurut Penasihat Keamanan Nasional AS Jake Sullivan, Australia akan membeli tiga kapal selam bertenaga nuklir dalam periode hingga 2030. Jika dibutuhkan, jumlahnya bakal bertambah menjadi lima kapal. Australia bakal menjadi negara kedua setelah Inggris yang memperoleh akses langsung ke rahasia nuklir Angkatan Laut AS.

Selain perihal pembelian, Albanese mengungkapkan bahwa Australia, Inggris, dan AS juga sepakat membangun kapal bertenaga nuklir model baru dengan teknologi dari AS dan Inggris. Dengan bantuan AS dan Inggris, Australia juga akan memulai rencana 30 tahun untuk membangun armada kapal selam bertenaga nuklirnya sendiri.

Sementara itu, Joe Biden menekankan bahwa kapal selam bertenaga nuklir tidak memiliki senjata nuklir. “Kapal-kapal ini tidak memiliki senjata nuklir apa pun,” ucapnya dalam konferensi pers bersama Albanese dan Rishi Sunak di Naval Base Point Loma di San Diego.

Biden mengatakan, selama puluhan tahun, AS selalu menjaga stabilitas di kawasan Indo-Pasifik. Dia menilai, aliansi kapal selam bertenaga nuklir AUKUS bakal memperkuat prospek perdamaian selama puluhan tahun mendatang.

Pada September 2021, AS, Inggris, dan Australia mengumumkan pembentukan AUKUS. Aliansi pertahanan itu dipandang sebagai upaya ketiga negara untuk menandingi Cina di Pasifik. Kemunculan AUKUS sempat dikritik beberapa negara Asia Tenggara karena dikhawatirkan akan memicu ketegangan baru di kawasan.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement