REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketika Indonesia mencalonkan diri mejadi tuan rumah Piala Dunia U-20, konsekeensinya adalah harus mau menerima siapa pun peserta yang lolos kualifikasi. Indonesia tidak bisa menolak peserta yang sudah berjuang di babak kualifikasi.
Saat mencalonkan diri menjadi tuan rumah pada era PSSI dipimpin Pjs Ketua Umum PSSI Iwan Budianto dan Sekjen Ratu Tisha, dan setelah dipilih FIFA sebagai tuan rumah pada era Mochamad Iriawan atau Iwan Bule, peserta Piala Dunia U-20 belum ketahuan karena babak kualifikasi belum digelar.
Kini 24 peserta termasuk tuan rumah sudah diketahui dan tinggal menunggu undian grup yang akan digelar di Bali akhir bulan ini. Dari 24 peserta yang akan tampilm ada negara Israel yang lolos kualifikasi dari zona Eropa.
Mantan anggota Exco PSSI yang aktif mengurusi bidang luar negeri saat menjabat, Hasani Abdulgani, menyatakan posisi Indonesia hanya sebagai tuan rumah. Karena itu, Indonesia harus menerima semua peserta yang lolos.
"Kita tidak bisa memilih peserta, tidak bisa meminta FIFA membatalkan keikutsertaan Israel. Satu-satunya Israel yang mundur, tapi saya rasa itu tidak mungkin. Mereka sudah berjuang di babak kualifikasi. Apes saja akhirnya Israel lolos dan akan bermain di Indonesia," kata Hasani ketika dihubungi Republika, Rabu (15/3/2023).
Hasani melanjutkan, pilihannya hanya menerima Israel masuk berkompetisi atau Indonesia batal menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20. Ia memperkirakan, FIFA nantinya juga akan memberikan penilaian soal resistensi terhadap Israel. Menurut dia, FIFA bisa saja menunda dan memindahkan tuan rumah Piala Dunia U-20 dari Indonesia.
"Dalam kondisi ini, pemerintah bersama masyarakat Indonesia harus bisa menerima semua peserta Piala Dunia U-20, termasuk Israel yang menjadi salah satu peserta yang lolos kualifikasi dari zona Eropa," jelas Hasani.
Jika semua sudah siap dan menerima Israel lanjut Hasani, untuk masalah visa tim Israel nanti akan menjadi urusan FIFA. "Bisa saja menerbitkan visa khusus. Saat kita jadi tuan rumah Asian Games 2018, kita juga tidak punya kedutaan Taiwan, kemudian dibantu oleh Olympic Council Asia (OCA).