Rabu 15 Mar 2023 13:29 WIB

Rusia Tuduh Drone AS Himpun Data Pengintaian untuk Pasukan Ukraina

MQ-9 adalah drone tempur serbaguna yang dapat membawa 1.700 kilogram bahan peledak.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Esthi Maharani
MQ9 Reaper Drone
Foto: af.mil
MQ9 Reaper Drone

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON – Duta Besar Rusia untuk Amerika Serikat (AS) Anatoly Antonov mengomentari jatuhnya pesawat nirawak atau drone MQ-9 Reaper milik AS di Laut Hitam, Selasa (14/3/2023). Dia menyebut, drone AS telah mengumpulkan data pengintaian yang digunakan pasukan Ukraina untuk menyerang Rusia.

Antonov menyoroti pernyataan juru bicara Dewan Keamanan Nasional AS John Kirby yang menyebut bahwa drone AS melakukan penerbangan lintas di Laut Hitam setiap hari.

Baca Juga

“Apa yang mereka (pesawat drone) lakukan ribuan mil jauhnya dari AS? Jawabannya jelas, mereka mengumpulkan intelijen yang kemudian digunakan oleh rezim Kiev untuk menyerang angkatan bersenjata dan wilayah kami,” ujar Antonov, dikutip laman kantor berita Rusia, TASS.

Dia menjelaskan, MQ-9 adalah drone tempur serbaguna yang dapat membawa 1.700 kilogram bahan peledak. "Dapatkah Anda membayangkan pesawat atau drone jenis ini di dekat New York atau San Francisco? Dapatkah Anda membayangkan reaksi media AS dan Pentagon terhadap drone semacam itu?" kata Antonov kepada awak media setelah konsultasi di Departemen Luar Negeri AS.

Antonov mengungkapkan, aktivitas yang tak dapat diterima dari militer AS di dekat perbatasan Rusia memprihatinkan. “Yang paling penting, saya pikir pesawat dan kapal AS tidak memiliki urusan di dekat perbatasan Federasi Rusia,” ucapnya.

Drone MQ-9 Reaper milik AS jatuh di Laut Hitam pada Selasa lalu. Menurut AS, salah satu dari dua jet Su-27 milik Rusia menghantam baling-baling drone tersebut. Akibatnya drone tak dapat dikendalikan dan dioperasikan. Sementara Kementerian Pertahanan Rusia menyebut bahwa kecelakaan di atas Laut Hitam terjadi karena drone AS melakukan manuver tajam. Moskow mengklaim pesawatnya tidak melakukan kontak.

Presiden AS Joe Biden telah diberi pengarahan tentang insiden tersebut. “Jika pesannya adalah mereka (Rusia) ingin menghalangi atau mencegah kami terbang dan beroperasi di wilayah udara internasional, di atas Laut Hitam, maka pesan itu akan gagal. Kami akan terus terbang dan beroperasi di wilayah udara internasional, di atas perairan internasional. Laut Hitam bukan milik satu bangsa,” kata juru bicara Dewan Keamanan Nasional AS John Kirby.

Insiden jatuhnya drone MQ-9 Reaper milik AS dikhawatirkan memicu eskalasi ketegangan antara Rusia dan Barat. Sejak perang di Ukraina pecah pada Februari tahun lalu, hubungan Moskow dengan Barat tak dapat diprediksi.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement