Rabu 15 Mar 2023 15:12 WIB

Penelitian Terbaru, Minum 3 Cangkir Kopi Sehari Bisa Cegah Obesitas dan Diabetes

Minuman berkafein bebas kalori dipandang sebagai alat baru untuk mengatasi obesitas.

Rep: Umi Nur Fadhilah/ Red: Qommarria Rostanti
Kopi (ilustrasi). Menurut penelitian terbaru, minum tiga cangkir kopi bebas kalori setiap hari bisa mencegah obesitas dan diabetes 2 (ilustrasi).
Foto: PixaHive
Kopi (ilustrasi). Menurut penelitian terbaru, minum tiga cangkir kopi bebas kalori setiap hari bisa mencegah obesitas dan diabetes 2 (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Banyak orang memulai hari dengan satu atau dua cangkir kopi untuk membantu lebih berenergi pada pagi hari. Baru-baru ini, para peneliti di Karolinska Institut di Swedia menemukan bahwa minum tiga cangkir kopi setiap hari dapat membantu mengatasi obesitas dan mencegah diabetes.

Para ilmuwan percaya, minuman berkafein bebas kalori dipandang sebagai alat baru untuk mengatasi obesitas dan diabetes tipe 2. Manfaat terbesar ada pada mereka yang secara genetik mampu memproses kafein lebih lambat, atau menyisakannya lebih banyak di dalam darah mereka. Penelitian sebelumnya telah menunjukkan, ada hubungan antara minum tiga sampai lima cangkir kopi sehari, serta memiliki risiko diabetes tipe 2 dan penyakit kardiovaskular yang lebih rendah.

Baca Juga

Kopi dikenal luas untuk meningkatkan metabolisme, meningkatkan jumlah lemak yang dibakar, dan menekan nafsu makan. Mengonsumsi 100 mg sehari atau sekitar satu cangkir kopi telah meningkatkan pengeluaran energi sekitar 100 kalori setiap hari.

Perkembangan baru dalam penelitian ini menemukan, kopi secara genetik mampu memetabolisme kafein secara perlahan akan meningkatkan jumlah kafein dalam darah. Hal itu bermanfaat untuk meningkatkan efek stimulan pembakaran lemak, dan mengurangi diabetes tipe 2.

Untuk mencapai kesimpulan tersebut, tim peneliti meninjau kembali studi sebelumnya untuk mengungkap efek kafein pada lemak tubuh dan diabetes tipe 2. Mereka menyelidiki bagaimana hubungan antara kafein dan tubuh berubah dengan susunan genetik manusia.

Para ilmuwan berfokus pada dua varian genetik umum yang menentukan seberapa cepat kafein dimetabolisme dalam tubuh, yaitu gen CYP1A2 dan AHR. Peserta cenderung mengonsumsi lebih sedikit kafein ketika secara genetik cenderung memetabolisme stimulan secara perlahan. Namun terlepas dari itu, orang yang sama memiliki lebih banyak zat dalam darahnya daripada mereka yang memetabolisme dengan cepat.

Tingkat kafein darah yang tinggi dikaitkan dengan berat badan yang lebih rendah, lemak tubuh, dan risiko diabetes tipe 2, selama mereka berada di antara kelompok yang secara genetik cenderung memetabolisme obat secara perlahan dan mencatat skor tingkat darah yang tinggi. Hasil lebih lanjut mengungkapkan penurunan berat badan mendorong 43 persen efek kafein pada risiko diabetes tipe 2.

"Uji coba terkontrol secara acak diperlukan untuk menilai apakah minuman yang mengandung kafein non-kalori dapat berperan dalam mengurangi risiko obesitas dan diabetes tipe 2," tulis tim peneliti di BMJ Medicine.

Tim juga mempelajari efek pada risiko penyakit kardiovaskular, tetapi tidak ada hubungan kuat yang ditemukan antara tingkat kafein darah yang diprediksi secara genetik. Mereka mempelajari 10 ribu orang, kebanyakan keturunan Eropa, yang semuanya telah mengambil bagian dalam enam studi jangka panjang.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement