REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH – Menteri Keuangan Arab Saudi Mohammed Al-Jadaan mengatakan, investasi negaranya di Iran dapat terjadi dengan cepat. Pekan lalu Saudi dan Iran diketahui telah menyepakati pemulihan hubungan diplomatik.
“Investasi Saudi memiliki peluang di Iran,” kata Al-Jadaan dalam pidatonya di forum International Financial Sector, Rabu (15/3/2023), dikutip laman Anadolu Agency.
Al-Jadaan mengaku tak melihat tantangan atau hambatan untuk meluncurkan investasi di Iran. “Kami berkomitmen pada prinsip-prinsip perjanjian kami dengan Iran. Kepemimpinan telah memperjelas bahwa kawasan ini stabil dan mampu menyediakan kebutuhan, investasi, dan kemakmuran rakyat,” ucapnya.
“Iran adalah tetangga kami dan akan tetap demikian selama ratusan tahun mendatang. Saya tidak melihat adanya hambatan untuk normalisasi hubungan kita, terutama di bidang investasi dan pembangunan ekonomi,” ujar Al-Jadaan menambahkan.
Pada Jumat (10/3/2023) pekan lalu, Iran dan Arab Saudi mengumumkan tentang pemulihan hubungan diplomatik antara kedua negara. Kesepakatan itu tercapai setelah perwakilan Teheran dan Riyadh menggelar pembicaraan di Beijing, Cina. Negeri Tirai Bambu bertindak sebagai mediator dalam proses tersebut.
Menteri Luar Negeri Arab Saudi Pangeran Faisal bin Farhan mengatakan, pemulihan hubungan dengan Iran menegaskan komitmen kedua negara untuk menyelesaikan perbedaan melalui dialog. “(Kesepakatan pemulihan hubungan) berfungsi sebagai bukti keinginan bersama kami untuk menyelesaikan (perbedaan) melalui komunikasi dan dialog, melalui cara damai dan instrumen diplomatik,” kata Pangeran Faisal dalam sebuah wawancara dengan surat kabar Al-Sharq Al-Awsat, dilaporkan laman Al Arabiya, Senin (13/3/2023).
Dia mengungkapkan, Iran dan Saudi adalah negara tetangga yang memiliki banyak benang merah seperti agama, budaya, dan sejarah. Terkait pemulihan hubungan yang baru tercapai, Pangeran Faisal berharap dapat segera bertemu dengan menteri luar negeri Iran. “Kami sedang mempersiapkan untuk melanjutkan hubungan diplomatik antara negara kami dalam dua bulan ke depan, dan wajar jika kami bertukar kunjungan di masa mendatang,” ucapnya.
“Kami di Kerajaan (Saudi) berharap membuka babak baru dengan Iran serta meningkatkan prospek kerja sama dengan cara yang berdampak positif pada penguatan keamanan dan stabilitas, serta kemajuan pembangunan dan kemakmuran, tidak hanya di kedua negara kami, tapi di wilayah secara keseluruhan,” ujar Pangeran Faisal menambahkan.
Meski telah menyepakati kesepakatan pemulihan hubungan, Pangeran Faisal menekankan, hal itu tidak serta merta menuntaskan semua perbedaan antara Saudi dan Iran. Terkait hal itu, dia menyinggung tentang program nuklir Iran. Menurut Pangeran Faisal, Saudi masih memiliki keprihatinan atas program nuklir negara tetangganya tersebut.
“Sehubungan dengan pengembangan kemampuan nuklir Iran yang berkelanjutan, ini tidak diragukan lagi menjadi perhatian kami, dan kami mengulangi seruan kami agar wilayah Teluk dan Timur Tengah bebas dari senjata pemusnah massal. Kami menyerukan Iran untuk berkomitmen pada kewajiban nuklirnya dan meningkatkan kerja samanya dengan Badan Energi Atom Internasional. Kami akan terus bekerja dengan sekutu dan rekan untuk memastikan hal ini,” kata Pangeran Faisal.
Saudi memutuskan hubungan diplomatiknya dengan Iran pada 2016. Langkah itu diambil setelah Kedutaan Besar Arab Saudi di Teheran digeruduk dan dibakar massa pengunjuk rasa. Penggerudukan itu terjadi saat warga Iran berdemonstrasi memprotes keputusan Saudi mengeksekusi mati ulama Syiah bernama Nimr al-Nimr.