Kamis 16 Mar 2023 08:03 WIB

AS dan Eropa Bukan Perantara yang Jujur untuk Damaikan Saudi-Iran

Cina adalah mitra logis untuk menengahi persaingan paling sengit di kawasan

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Esthi Maharani
Kesepakatan damai Arab Saudi dan Iran
Foto: Dok Istimewa
Kesepakatan damai Arab Saudi dan Iran

REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH -- Mantan kepala intelijen Arab Saudi, Turki Al-Faisal mengatakan, Amerika Serikat (AS) maupun Eropa tidak bisa menjadi perantara jujur untuk menengahi Arab Saudi dan Iran. Al-Faisal menyoroti keberhasilan peran Cina menengahi salah satu persaingan paling sengit di kawasan itu.

"Baik AS atau Eropa tidak akan bisa menjadi perantara yang jujur ​​antara kedua pihak. Cina adalah mitra logis dalam mewujudkannya," kata Al-Faisal yang saat ini menjabat sebagai ketua Pusat Penelitian dan Studi Islam Yayasan Raja Faisal, dilaporkan Middle East Monitor, Rabu (15/3/2023).

Baca Juga

Faisal berharap, pemulihan hubungan antara Saudi dan Iran menjadi titik balik bagi kawasan, terutama dalam perselisihan mereka atas Suriah, Yaman, Lebanon, dan Irak. Riyadh sebelumnya menuduh Iran memicu ketegangan sektarian di wilayah tersebut. Faisal berpikir, pemulihan hubungan ini dapat mengarah pada perbaikan perilaku Iran.

Al-Faisal mengatakan, pemulihan hubungan Saudi dan Iran tidak akan membuka jalan untuk normalisasi Saudi dan Israel. Menurut dia, kesepakatan damai antara Saudi dan Israel tidak lebih dari pelaporan media. Dia menegaskan, normalisasi antara Saudi dan negara apartheid, Israel tidak akan terjadi.

Pekan lalu, Iran dan Arab Saudi sepakat membangun kembali hubungan setelah perpecahan diplomatik selama tujuh tahun. Kedua negara itu telah mencoba mengatasi perbedaan mereka. Menurut laporan berita, mendiang panglima tertinggi Iran Jenderal Qasem Soleiman, yang dibunuh oleh AS pada 2020, berada di Irak untuk membahas langkah-langkah meredakan ketegangan antara Teheran dan Riyadh.  

 

Saudi dan Iran sepakat membuka kembali kedutaan dan misi mereka dalam waktu dua bulan. Merema berkomitmen tidak mencampuri urusan dalam negeri masing-masing. Di Washington, ada kekhawatiran seputar pemulihan hubungan antara Riyadh dan Teheran, dengan spekulasi atas melemahnya pengaruh Amerika di wilayah tersebut.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement