REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat Hubungan Luar Negeri, Teguh Santosa, menilai Indonesia wajib menjalankan tugasnya sebaik mungkin sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20 2023. Termasuk penyambutan kehadiran Timnas Israel yang saat ini menimbulkan pro kontra di tengah masyarakat.
‘’Ini bukan kali pertama delegasi Israel hadir dalam kegiatan internasional yang diselenggarakan di Indonesia. Sudah sering, baik yang terbuka, maupun tertutup,” ujar pengamat hubungan internasional, Teguh Santosa, mengomentari kehadiran Timnas Israel di Piala Dunia U-20 2023, seperti dikutip dari keterangannya yang diterima Republika.co.id, Kamis (16/3/2023).
Dosen Hubungan Internasional di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta ini pun memberikan contohnya. Pada Maret tahun lalu, empat politisi Israel hadir dalam pertemuan Inter-Parliament Union (IPU) di Bali. Kehadiran Avi Dicter yang memimpin delegasi Israel yakni Nira Shpak, Liat Margalit, dan Hanan Rettman saat itu diterima dengan baik tanpa ada gelombang protes.
Teguh menegaskan Indonesia sejatinya sedang menjalankan tugas masyarakat dunia sebagai tuan rumah dan penyelenggara Piala Dunia U-20 2023. Karena itu, Indonesia wajib menyambut seluruh tamu undangan dengan sebaik mungkin. Penyelenggaraan Piala Dunia U-20 harus berjalan sukses seperti penyelenggaraan Asian Games 2018.
Lulusan Universitas Padjadjaran ini menambahkan kehadiran timnas Israel tidak akan mengubah posisi Indonesia terhadap isu kemerdekaan dan pembebasan Palestina dari penjajahan Israel. Sikap menentang penjajahan di dunia masih menjadi kredo suci kemerdekaan Indonesia seperti tercantum di Pembukaan UUD 1945.
Di sisi lain, masyarakat Indonesia harus mendorong lahirnya pendekatan-pendekatan baru dalam politik luar negeri Indonesia tanpa meninggalkan cita-cita luhur kemerdekaan bangsa dan negara. Teguh mencontohkan kemampuan Republik Rakyat China yang beberapa waktu lalu mampu mengupayakan perdamaian Arab Saudi dan Iran.
“Kita jangan terjebak dalam pikiran-pikiran usang yang berangkat dari realita usang di masa lalu. Jangan sampai protes abadi kita atas penjajahan Israel terhadap Palestina diplintir oleh pihak-pihak yang tidak ingin kita maju menjadi kebencian atas agama dan ras tertentu. Ini tidak boleh terjadi,” kata Teguh yang pernah menjadi Ketua bidang Luar Negeri PP Pemuda Muhammadiyah dan Ketua bidang Luar Negeri Persatuan Wartawan Indonesia (PWI).