REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dalam beberapa hadits disebutkan metode menentukan penetapan awal bulan Qamariyah, khususnya Ramadhan dan Idul Fitri. Tiga hadits tentang penentuan Ramadhan, diantaranya dikutip dari buku Hisab dan Rukyat tulisan Riza Arfian Mustaqim.
عن محمد بن أبي حرملة عن كريب أنّ ام الفضل بنت الحارث بعثته إلى معاوية باالشام قال كريب فقدمت الشام فقضيت حاجتها واستهل علي رمضان وانا بالشام فرايت الهلال ليلة الجمعة ثم قدمت المدينة في اجر الشهر فسألني عبد الله بن عباس رضي الله عنهما ثمّ ذكر الهلال فقال: متى رايتم الهلال؟ فقلت رايناه ليلة الجمعة فقال: انت رايته؟ فقلت: نعم وراه الناس وصاموا وصام معاوية فقال: لكنا راينه ليلة السبت فلا نزال نصوم حتى تكمل الثلاثين او نراه فقلت: اولا تكتفي برؤية معاوية وصيا مه ؟ فقال: لا هكذا أمرنا رسول الله صلى الله عليه وسلّم.
"Dari Muhammad bin Abi Harmalah dari Kuraib: bahwa Ummul Fadl binti al-Harits mengutus Kuraib menemui Muawwiyah di Syam. Kuraib berkata: Aku tiba di Syam, lalu aku tunaikan keperluan Ummul Fadl dan terlihat hilal bulan Ramadan olehku, sedangkan aku masih berada di Syam. Aku melihat hilal pada malam Jumat. Kemudian aku tiba di Madinah di Akhir Ramadhan. Abdullah bin Abbas bertanya kepadaku dan ia menyebut hilal. Ia berkata:" "Kapan kamu melihat hilal?" aku berkata "Malam Jumat". Dan ia bertanya: "Apakah kamu sendiri melihatnya". Aku menjawab: "ya, dan orang-orang juga melihatnya mereka berpuasa demikian juga Muawwiyah". Dia berkata: "tetapi kami melihat hilal pada malam Sabtu, maka kami tetap berpuasa sehingga kami sempurnakan 30 hari atau kami melihat hilal". Aku bertanya: "apakah kamu tidak cukup mengikuti rukyat Muawwiyah dan puasanya?" lalu ia menjawab: "Tidak, demikianlah Rasulullah saw. Menyuruh kami". (HR. Muslim)
اذا رايتم هلال ذى الحجة و أراد أحد كم ان يضحي فليمسك عن شعره وأظفار
"Apabila kamu melihat hilal awal Zulhijah dan salah seorang di antara kamu ada yang bermaksud untuk menyembelih qurban, maka tahanlah (untuk tidak memotong) bulu dan kuku-kukunya. (HR. Muslim dari Ummi Salamah)"
صوموا لرؤيتهه وافطروا لرؤيته فإن غم عليكم فأكملو عدة شعبان ثلاثين
"Berpuasalah kamu karena terlihat hilal dan berbukalah kamu (beridul fitri) karena terlihat hilal. Bila hilal tertutup awan atasmu, maka sempurnakanlah bilangan bulan Sya'ban tiga puluh. (HR. Bukhari dan Muslim)"
Penjelasan hadits ini menyebutkan puasa Ramadhan harus ditentukan atas dasar rukyat yang dilaksanakan saat 29 Sya'ban. Ketika terlihat hilal pada saat melakukan rukyat, maka malam tersebut dan besok harinya adalah permulaan puasa Ramadhan, akan tetapi ketika hilal tidak dapat dilihat, maka jumlah hari dalam bulan Syakban disempurnakan menjadi 30 hari, dengan hal ini malam tersebut dan besok harinya merupakan hari ke 30 Sya'ban, awal bulan Ramadhan dimulai pada hari berikutnya.
اذا رايتم الهلال فصوموا وإذا رايتموه فأفطروا فإن غم عليكم فصوموا ثلاثين يوما
"Bila kamu melihat hilal, maka berpuasalah dan bila kamu melihat hilal maka berbukalah (beridul fitri). Nila tertutup awan atasmu, maka berpuasalah kamu tiga puluh hari. (HR. Muslim)"
Maksud dari hadits di atas adalah Idul Fitri ditentukan berdasarkan rukyatul hilal. Jika hilal Syawal dapat dilihat, sehingga jumlah hari puasa adalah 29 hari dan ketika tidak terlihat, maka istikmal merupakan dasar penetapan yang diambil sehingga jumlah harinya adalah 30 hari.