REPUBLIKA.CO.ID, DEPOK -- Wali Kota Depok, Mohammad Idris menyebut, laju pertumbuhan ekonomi (LPE) di Kota Depok berdasarkan data terakhir meningkat di angka 5,24 persen. Meski begitu, ia mengaku, persentase angka itu masih di bawah capaian nasional sebesar 5,32 persen dan Provinsi Jawa Barat (Jabar) sebesar 5,45 persen.
Menurut dia, kondisi itu karena unsur pertanian di Kota Depok. Sementara sudah menjadi rahasia umum jika lahan pertanian di Kota Depok terus menyusut secara signifikan.
"Ternyata saya lihat, faktor dari kenaikan LPE nasional lebih tinggi dari Depok karena unsur pertanian. Jadi, unsur pertanian di tingkat nasional sedang digalak-galakkan, sementara kita urban farming, di Kota Depok masih on proses dan tanah pertanian sudah dipakai gedung-gedung pencakar langit," kata Idris di Kota Depok, Provinsi Jabar, Kamis (16/3/2023).
Dia menilai, lahan pertanian di Kota Depok perlahan habis karena beralih fungsi menjadi kawasan perumahan. "Khususnya di Pondok Petir, dipakai perumahan-perumahan, jadi sudah habis lahan pertanian kita," tutur Idris.
Dia mengungkapkan, pemerintah pusat sudah menginstruksikan Pemkot Depok untuk mewujudkan kembali minimal 20 persen lahan pertanian dari luas wilayah. Kota Depok memiliki luas wilayah 200 kilometer persegi (km2), sehingga wilayah pertanian minimal 20 km2.
"Maka kita sedang negosiasi, dengan pemiliki-pemilik tanah-tanah yang luas, kalau di Bojongsari ini ada graha, dia memiliki lahan sekitar 300 hektare, kalau di Tapos ada sekitar 500 hektare itu tanah (milik PT) Kharaba," kata Idris.