REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH – Iran dilaporkan telah setuju menyetop pasokan senjata rahasia kepada kelompok milisi Houthi di Yaman. Hal itu karena sudah tercapainya kesepakatan pemulihan hubungan dengan Arab Saudi.
Menurut sejumlah pejabat Saudi dan Amerika Serikat (AS) yang dikutip Wall Street Journal dalam laporannya pada Kamis (16/3/2023), menyusul tercapainya rekonsiliasi, Iran akan mendesak Houthi mengakhiri serangannya terhadap Saudi.
Masih mengutip sumber-sumber yang sama, Wall Street Journal mengungkapkan, jika Iran berhenti mempersenjatai Houthi, hal itu dapat menekan kelompok tersebut untuk mau berunding serta mengakhiri konflik di Yaman.
Seorang pejabat AS yang dikutip Wall Street Journal mengatakan, kesepakatan pemulihan hubungan antara Saudi dan Iran telah meningkatkan harapan dalam proses penyelesaian konflik Yaman. Dia menyebut, pendekatan Iran terhadap konflik Yaman akan menjadi “ujian lakmus” untuk keberhasilan rekonsiliasi yang dicapai dengan Saudi pekan lalu.
Utusan Khusus PBB untuk Yaman Hans Grundberg mengatakan, saat ini tengah berlangsung upaya diplomatik di berbagai level untuk mengakhiri konflik Yaman. Dia mendesak para pihak momentum atas tercapainya kesepakatan rekonsiliasi antara Arab Saudi dan Iran, dua negara yang turut terlibat dalam perang Yaman.
“Upaya diplomatik intensif sedang berlangsung di berbagai tingkat untuk mengakhiri konflik Yaman. Kita saat ini menyaksikan pembaruan momentum diplomatik regional, serta perubahan langkah dalam ruang lingkup dan kedalaman diskusi,” kata Grundberg saat berbicara di Dewan Keamanan PBB, Rabu (15/3/2023).
Dia pun menyinggung tentang telah tercapainya kesepakatan pemulihan hubungan antara Saudi dan Iran. “Para pihak (dalam konflik Yaman) harus memanfaatkan kesempatan yang disajikan oleh momentum regional dan internasional ini untuk mengambil langkah tegas menuju masa depan yang lebih damai,” ujarnya.
Grundberg mengungkapkan, saat ini situasi militer secara keseluruhan di Yaman relatif stabil, tapi rapuh. Gencatan senjata sudah tak bisa lagi diandalkan atau dijadikan solusi. “Gencatan senjata hanya bisa menjadi batu loncatan. Kita sangat perlu membangun di atas apa yang dicapai oleh gencatan senjata dan bekerja menuju gencatan senjata nasional serta penyelesaian politik inklusif untuk mengakhiri konflik Yaman,” ucapnya.
Konflik di Yaman secara luas dilihat sebagai perang proksi antara Saudi dan Iran. Perang di sana mulai berkecamuk sejak kelompok pemberontak Houthi mengambil alih kontrol ibu kota Sanaa pada September 2014. Houthi disebut memperoleh dukungan dan sokongan dari Iran.
Pada 2015, Saudi memimpin koalisi untuk melakukan intervensi militer di Yaman dan memberikan dukungan pada pasukan pemerintah. Saudi memang memiliki kekhawatiran terhadap Houthi. Ia memandang kelompok pemberontak itu sebagai ancaman terhadap keamanannya. Houthi memang telah beberapa kali melancarkan serangan udara dan drone ke Saudi. Itu menjadi respons mereka terhadap intervensi militer Riyadh di Yaman.
Konflik Yaman masih berlangsung hingga kini. Menurut PBB, perang di negara tersebut telah merenggut 223 ribu nyawa. Dari 30 juta penduduknya, 80 persen di antaranya kini bergantung pada bantuan kemanusiaan untuk bertahan hidup. PBB telah menyatakan bahwa krisis Yaman merupakan salah satu krisis kemanusiaan terburuk di dunia.