Jumat 17 Mar 2023 12:09 WIB

Pemerintah Jamin Harga Beras dan Gabah Tetap Terjangkau Selama Ramadhan

Tugas pemerintah itu melindungi dan menjaga stabilitas harga dari hulu ke hilir.

Rep: Antara/Erik PP/ Red: Erik Purnama Putra
Menko Perekonomian Airlangga Hartarto rapat bersama instansi terkait membahas harga beras menjelang Ramadhan.
Foto: Dok Kemenko Perekonomian
Menko Perekonomian Airlangga Hartarto rapat bersama instansi terkait membahas harga beras menjelang Ramadhan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Joko Widodo menginstruksikan jajarannya untuk melakukan pemantauan terhadap stabilisasi harga beras dan gabah agar tetap terjangkau, terutama saat memasuki bulan suci Ramadhan. Kebijakan itu dilakukan agar tidak ada petani yang dirugikan.

Dalam rapat koordinasi terbatas (rakortas), Menteri Koordinator Perekonomian, Airlangga Hartarto menyampaikan, pemerintah telah menginstruksikan kepada seluruh jajaran, terutama kementerian dan lembaga terkait pangan untuk memastikan harga beras dan gabah tetap stabil menjelang ataupun selama bulan suci Ramadhan.

"Saya sudah instruksikan kepada kementerian dan lembaga terkait untuk dapat memastikan harga beras dan gabah di pasar supaya tetap terjangkau, khususnya memasuki bulan suci Ramadhan," kata Airlangga kepada wartawan di Jakarta, Jumat (17/3).

Hadir dalam rakortas, di antaranya Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo, Kepala Badan Urusan Logistik (Bulog) Komjen (Purn) Budi Waseso, Kepala Badan Pangan Nasional (BPN) Arief Prasetyo Adi, dan Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Margo Yuwono

Airlangga mengatakan, pemerintah akan tetap menjaga agar tingkat harga yang terbentuk tak akan merugikan petani. Intinya, harga yang berlaku tak sampai mencekik konsumen terutama dari lapisan bawah.

"Tugas pemerintah itu melindungi dan menjaga stabilitas harga dari hulu pada tingkat petani hingga ke hilir di tingkat konsumen. Petani perlu menerima harga gabah yang memadai, tapi masyarakat luas pun saat membeli harga beras tetap terjangkau, terutama saat bulan suci Ramadhan," tutur Airlangga.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement