REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Sinergi pemerintah pusat dan daerah, serta perusahaan teknologi perlahan mampu mendorong transformasi digital sektor pendidikan di Indonesia. Inisiatif pengembangan Belajar.id, layanan belajar resmi dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemdikbudristek) dengan Google sebagai penyedia teknologi, disambut baik oleh para pendidik dan siswa.
Kepala Pusat Data dan Teknologi Informasi (Pusdatin) Kemdikbudristek, Muhamad Hasan Chabibie mengungkapkan, ekosistem belajar digital lewat Belajar.id telah memungkinkan distribusi materi belajar lebih luas, pembelajaran personal, dan kolaborasi antarsiswa. Selain itu, jumlah akun Belajar.id yang dibuat sendiri saat ini sudah mencapai 40 juta.
"Secara nasional, kita menyasar setidaknya 28 juta akun Belajar.id. Dari jumlah yang kita targetkan itu, sampai saat ini sudah ada 11 juta akun yang sudah aktif. Selain itu, sebanyak 2,3 juta pengguna sudah mengakses platform dan fasilitas-fasilitas digital pendidikan yang disediakan oleh pemerintah," ungkap Hasan pada acara Lokakarya Cara Baru untuk Belajar yang diselenggarakan Google for Education di Semarang, Selasa (14/3/2023).
Hasan menuturkan, Jawa Tengah adalah salah satu provinsi yang memiliki akun Belajar.id terbanyak. "Khusus untuk Jawa Tengah saja, aktivasi akunnya sampai saat ini sudah 1,7 juta. Sebanyak 283.731 akun di antaranya sudah mengakses berbagai platform yang ada di dalamnya," jelasnya dalam siaran pers yang diterima Republika, Jumat (17/3/2023).
Pada lokakarya ini, turut hadir Sekretaris Daerah Jawa Tengah, Sumarno S.E., M.M., jajaran dinas pendidikan kabupaten/kota di Jawa Tengah, kepala-kepala sekolah, serta guru di provinsi tersebut. Lokakarya ini digelar dengan tujuan mendorong para pemangku kepentingan di sektor pendidikan untuk mengoptimalisasi pemanfaatan teknologi pendidikan, seperti misalnya perangkat Chromebook dan Akun Pembelajaran Belajar.id.
Pada kesempatan itu, Sumarno mengatakan, pihaknya berharap teknologi bisa mengatasi masalah jarak dan kesenjangan. "Kami berharap Google for Education bisa menjadi solusi bagi sejumlah masalah pendidikan kita sekarang," katanya.
Sumarno mengungkapkan, teknologi berpeluang mengatasi kendala kesenjangan kualitas pendidikan yang muncul dari kebijakan zonasi. Lebih lanjut, teknologi juga bisa membantu guru mengajar di mana pun, mengatasi masalah yang muncul di Jawa Tengah di mana banyak guru harus mengajar di lokasi yang jauh dari tempat tinggal.
Sementara itu, Country Lead Google for Education Indonesia, Olivia Basrin, mengatakan, Google berkomitmen menyertai transformasi pendidikan Indonesia, mengenalkan kelas masa depan dengan ciri siswa sebagai global problem solver. "Kami terus keliling ke berbagai provinsi, termasuk Provinsi Jawa Tengah, membantu kepala dinas, guru mengetahui bagaimana wujud kelas masa depan," kata Olivia.
Di wilayah Jawa Tengah, lanjut Olivia, ada dua kota/kabupaten di Jawa Tengah yang punya tingkat aktivasi akun Belajar.id lebih dari 50 persen. "Kota Pekalongan saat ini aktivasinya paling tinggi, 80 persen. Sementara Kebumen aktivasinya mencapai 70 persen," jelasnya.
Lebih lanjut, ia mengatakan bahwa para tenaga pendidik di Jawa Tengah pun antusias terhadap inisiatif transformasi digital di sektor pendidikan. Hal ini terlihat dari banyaknya tenaga pendidik yang sudah mendapatkan sertifikasi Google for Education. "Sudah ada sekitar 2.000 guru yang mendapatkan sertifikasi. Ini merupakan 15 persen dari total nasional,"katanya.
Secara nasional, Google sudah melatih 200 ribu guru di Indonesia, dan 13 ribu orang di antaranya telah mendapatkan sertifikasi pendidik internasional.
Inisiatif baik Belajar.id tersebut perlu dilanjutkan. Salah satunya melalui upaya pengembangan kapasitas tenaga pendidik berbasis komunitas. Dalam pendekatan tersebut, sejumlah tenaga pendidik yang telah berhasil melakukan transformasi digital di institusinya dapat berperan sebagai trainer.
Upaya ini terlihat pada lokakarya yang digelar pada hari ini. Dalam acara itu, lebih dari 40 kepala dinas pendidikan di Provinsi Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta beserta jajarannya berkumpul untuk mengeksplorasi penggunaan teknologi pendidikan, khususnya Chromebook dan Google
Workspace for Education, untuk membuat materi belajar yang kreatif dan inovatif, evaluasi belajar mengajar, hingga manajemen sekolah yang lebih efisien. Selain itu, mereka juga mempelajari cara meningkatkan keamanan digital dalam pembelajaran.
Komunitas Google Educator dan kapten serta co-kapten Belajar.id menjadi penggerak dalam forum. Topari, Google Educator Leader dari Yogyakarta sekaligus guru di SMA Negeri 1 Playen Gunung Kidul, membagikan pengalamannya melakukan transformasi digital di sekolahnya yang sebenarnya masih minim akses internet.
Di akhir lokakarya tersebut, para pemangku kepentingan sepakat bahwa transformasi digital di Indonesia perlu untuk terus dilanjutkan agar kualitas pendidikan di Indonesia dapat semakin baik.