REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Bank Jago Tbk menargetkan penyaluran kredit dan pembiayaan syariah tumbuh Rp 4 triliun sepanjang 2023 dari capaian 2022 yang sebesar Rp9,43 triliun. Wakil Direktur Utama Bank Jago Arief Harris mengatakan pertumbuhan tersebut sejalan dengan pertumbuhan penyaluran kredit dan pembiayaan syariah di 2022 yang juga sebesar Rp 4,06 triliun.
"Tapi mungkin (secara persentase) pertumbuhan penyaluran kredit dan pembiayaan syariah di 2023 akan lebih kecil, karena base-nya yang sebesar Rp 9,43 triliun di 2022 lebih tinggi dari tp 5,37 triliun di 2022," kata Arief dalam Media Briefing di Jakarta, Jumat (17/3/2023).
Pada 2022, penyaluran pembiayaan syariah mencapai 19 persen dari total penyaluran kredit dan pembiayaan, dan pada 2023, kontribusi penyaluran pembiayaan syariah diperkirakan masih sekitar 19 persen.
Arief menargetkan dapat menjaga rasio kredit bermasalah atau Non Performing Loan (NPL) di sekitar 1,8 sampai 2 persen, yang dianggap level ideal karena masih berada di bawah NPL rata-rata industri perbankan yang sebesar 2,44 persen.
"Kalaupun naik itu sedikit saja, mencapai nilai rata-rata industri perbankan. Saya rasa NPL kita bisa tetap berada di bawah industri, karena secara risk management kita punya framework risk management yang baik," katanya.
Sementara itu, Current Account and Saving Account (CASA) ditargetkan berada pada kisaran 55 sampai 60 persen dari total Dana Pihak Ketiga (DPK). "Laba kita saya pikir seharusnya juga bisa naik di 2023. Kalau aset tumbuh, pendapatan meningkat, dan kira bisa menjaga NPL dan biaya, seharusnya laba juga bisa lebih tinggi," katanya.
Untuk itu ia mengatakan akan memperdalam kolaborasi dengan 38 partner strategis yang belum akan ditambah jumlah. "Kalau ada peluang bekerja sama dengan partner lain, kita akan lakukan juga. Karena sebetulnya 38 partner itu sudah cukup terdiversifikasi, jadi kita ingin memperdalam kolaborasi dengan mereka," imbuhnya.