REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ada sebagian orang yang justru mengalami penambahan berat badan saat berpuasa. Padahal saat berpuasa, seseorang tidak makan dalam rentang waktu cukup lama. Sebenarnya, apa yang menyebabkan bobot badan naik?
Ahli gizi Rita Ramayulis memberikan penjelasan terkait hal itu saat menjadi pembicara di webinar "Puasa Ramadhan yang Paripurna" beberapa waktu lalu. Kegiatan digelar oleh Pengurus Cabang Ikatan Apoteker Indonesia Balangan, Kalimantan Selatan.
Rita mengatakan, ada perbedaan kebutuhan gizi saat seseorang berpuasa dan tidak berpuasa. Selama berpuasa, waktu makan dan minum dipindah ke malam hari hingga dini hari, yakni pukul 18.00 hingga sekitar pukul 04.00.
Jumlah jam makan pun menjadi lebih sedikit, frekuensi makan menjadi berkurang dan/atau mempunyai jarak lebih pendek. Dengan berbagai kondisi itu, Rita memaparkan bahwa tubuh melakukan penyesuaian. Adaptasi tersebut berupa penurunan basal metabolisme (penurunan penggunaan energi di tubuh) sebesar 10-20 persen.
"Tidak heran kalau ada orang berpuasa jadi makin gemuk, itu karena kemampuan tubuhnya menggunakan kalori sedikit, tetapi dia makan (dengan porsi) yang tidak berbeda ketika tidak berpuasa. Akhirnya, terjadi deposit lemak," kata Rita.
Hal itu kian diperparah apabila ketika berpuasa, seseorang sama sekali tidak melakukan kegiatan olah fisik, hanya rutinitas harian biasa. Basal metabolisme berpotensi terus menurun, semakin membuka kesempatan tubuh menjadi lebih gemuk ketika berpuasa.
Rita yang merupakan konsultan gizi di Rumah Sakit Royal Progress Sunter, Jakarta, menyarankan orang yang berpuasa tidak sekadar memindahkan waktu makan dari siang ke malam hari. Seseorang juga perlu memilih jenis asupan gizi dari makanan yang dikonsumsi.
Untuk mengantisipasi penambahan berat badan selama berpuasa, rekomendasi Rita adalah menurunkan asupan karbohidrat. Utamanya, karbohidrat yang bersumber dari gula, nasi putih, tepung-tepungan, dan berbagai turunannya.
Anjuran lainnya yaitu meningkatkan asupan protein untuk menjaga massa otot dan untuk menghadirkan rasa kenyang lebih lama. Jumlah asupan lemak, sementara itu, perlu dikurangi, terutama yang bersumber dari makanan yang digoreng, santan kental, serta daging berlemak.
Terkait konsumsi sayur, relatif normal dan tidak ada perubahan, yakni 100 gram setiap kali makan utama untuk sumber vitamin, mineral, dan serat. Namun, konsumsi buah perlu ditambah menjadi tiga sampai empat kali sehari, yakni saat sahur, selingan berbuka, makan malam, dan selingan malam.
Peningkatan asupan cairan pun perlu dilakukan untuk mencegah dehidrasi dan menjaga basal metabolisme tidak semakin rendah. "Ini tantangan kita, supaya mendapat berkah yang sesungguhnya selama Ramadhan," kata dosen yang menulis buku berjudul Gaya Hidup Antivirus: Resep Jus, Smoothie, dan Minuman Rempah Penguat Kekebalan Tubuh itu.