Ahad 19 Mar 2023 06:25 WIB

Ikappi Nilai Pemerintah tak Serius Turunkan Harga Pangan

Jelang Ramadhan, sejumlah barang mengalami kenaikan harga.

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Friska Yolandha
Warga berjalan di dekat kios sayuran di Pasar Kosambi, Kota Bandung, Rabu (21/12/2022). Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (Ikappi) mencatat masih terjadi kenaikan harga pangan jelang memasuki bulan Ramadhan pada pekan depan.
Foto: ABDAN SYAKURA/REPUBLIKA
Warga berjalan di dekat kios sayuran di Pasar Kosambi, Kota Bandung, Rabu (21/12/2022). Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (Ikappi) mencatat masih terjadi kenaikan harga pangan jelang memasuki bulan Ramadhan pada pekan depan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (Ikappi) mencatat masih terjadi kenaikan harga pangan jelang memasuki bulan Ramadhan pada pekan depan. Pemerintah pun dinilai masih belum serius dalam meredam kenaikan harga yang mulai terjadi.

"Kita melihat memang tidak ada upaya serius dari pemerintah untuk mendorong harga segera turun," kata Sekretaris Jenderal Ikappi, Reynaldi Sarijowan dalam keterangan tertulisnya diterima Republika.co.id, Sabtu (18/3/2023).

Baca Juga

Ia mencatat, harga komoditas cabai rawit sudah tembus Rp 90 ribu per kilogram (kg) di Jakarta dan sejumlah daerah. Selain itu, harga cabai rawit hijau juga ikut naik menjadi Rp 50 ribu per kg.

Selanjutnya untuk bawang merah kini dihargai Rp 45 ribu per kg, bawang putih Rp 40 ribu per kg.

"Beberapa jenis beras juga terpantau tinggi. Kalau telur ayam masih Rp 30 ribu per kg, daging sapi Rp 146 ribu per kg-Rp 148 ribu per kg. Ini sudah memasuki fase pertama kenaikan harga pangan Ramadhan," kata dia menambahkan.

Ikappi menilai belum ada upaya lanjutan dari pemerintah secara konkret sehingga harga beberapa komoditas pangan tidak turun. Padahal, fase pertama kenaikan harga sudah masuk.

Ia menilai, jika permintaan sudah tinggi dan tidak ada upaya lanjutan, Ikappi pesimis harga pangan di pasaran akan turun. Meski demikian, pihaknya tetap mendorong agar pemerintah segera melakukan upaya-upaya penurunan harga pangan.

"Upaya-upaya tambahan sehingga harga pangan kembali membaik atau tidak tinggi, karena pedagang sendiri merasa kesulitan menjual harga yang cukup tinggi di bulan Ramadhan," ucapnya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement