Ahad 19 Mar 2023 03:30 WIB

PBB akan Tempuh Segala Upaya Agar Koridor Gandum Laut Hitam Berlanjut

Kesepakatan koridor gandum Laut Hitam penting untuk ketahanan pangan global.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Nidia Zuraya
Gandum (Ilustrasi). Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) mengatakan akan melakukan segala upaya untuk memastikan kesepakatan koridor gandum Laut Hitam atau Black Sea Grain Initiative (BSGI) diperpanjang atau terus berlanjut. Menurut PBB, kesepakatan tersebut penting untuk ketahanan pangan global.
Foto: EPA-EFE/KHALED ELFIQI
Gandum (Ilustrasi). Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) mengatakan akan melakukan segala upaya untuk memastikan kesepakatan koridor gandum Laut Hitam atau Black Sea Grain Initiative (BSGI) diperpanjang atau terus berlanjut. Menurut PBB, kesepakatan tersebut penting untuk ketahanan pangan global.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON – Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) mengatakan akan melakukan segala upaya untuk memastikan kesepakatan koridor gandum Laut Hitam atau Black Sea Grain Initiative (BSGI) diperpanjang atau terus berlanjut. Menurut PBB, kesepakatan tersebut penting untuk ketahanan pangan global.

Wakil Sekretaris Jenderal PBB untuk Urusan Kemanusiaan Martin Griffiths mengatakan, dia menyadari bahwa untuk memperpanjang BSGI, harus ada kemajuan dalam proses memfasilitasi ekspor bahan makanan dan pupuk Rusia. “Sangat penting untuk ketahanan pangan global bahwa kedua perjanjian ini berlanjut dan harus dilaksanakan sepenuhnya,” ujarnya kepada Dewan Keamanan PBB, Jumat (17/3/2023).

Baca Juga

Namun terkait jaminan untuk memfasilitasi ekspor bahan makanan dan pupuk Rusia, Griffiths mengakui hambatan tetap ada. “Terutama yang berkaitan dengan sistem pembayaran,” ucapnya.

Sementara itu Rusia menyatakan siap memperpanjang masa berlaku BSGI. Namun Moskow hanya bersedia memberikan perpanjangan separuh dari total waktu dalam perjanjian, yakni 60 hari. Menurut Duta Besar Rusia untuk PBB Vassily Nebenzia memorandum BSGI tidak berfungsi. Tak seperti saat kesepakatan dibuat pada Juli 2022 lalu, sejauh ini tidak ada pengaruh BSGI terhadap pembebasan operasi ekspor pertanian Rusia dari sanksi Barat.

Selain itu, Nebenzia menyebut, BSGI pun telah diubah dari inisiatif kemanusiaan untuk membantu negara-negara berkembang yang menghadapi kenaikan harga pangan akibat konflik Ukraina, menjadi operasi komersial yang menguntungkan empat perusahaan agrobisnis terkemuka milik Barat.

Nebenzia mengungkapkan Rusia telah secara resmi menyampaikan kepada Ukraina dan Turki sebagai mediator, Moskow tidak keberatan memperpanjang masa aktif BSGI. Namun bukan 120 hari, tapi hanya 60 hari, yakni hingga 18 Mei mendatang terhitung sejak 18 Maret.

“Jika Brussels (Uni Eropa), Washington, dan London benar-benar tertarik melanjutkan ekspor makanan dari Ukraina melalui koridor kemanusiaan maritim, maka mereka memiliki waktu dua bulan untuk membebaskan seluruh rantai operasi yang menyertai sektor pertanian Rusia dari sanksi. Jika tidak, kami gagal memahami bagaimana konsep paket Sekjen PBB akan bekerja melalui kesepakatan sederhana ini,” ucap Nebenzia, Jumat lalu.

Sementara itu Duta Besar Amerika Serikat (AS) untuk PBB Linda Thomas-Greenfield membantah adanya tekanan atau upaya pencegatan terhadap proses ekspor komoditas pertanian dan pupuk Rusia. “Ketika kami mendengar Pemerintah Rusia mengatakan bahwa mereka ditahan untuk mengekspor biji-bijian, mengekspor pupuk, angka menunjukkan itu tidak benar,” katanya.

Kemudian mengenai sanksi terhadap Rusia, Thomas-Greenfield mengklaim AS dan sekutunya sudah berusaha keras mengomunikasikan aturan yang jelas untuk makanan dan pupuk kepada pemerintah serta sektor swasta. “Sederhananya, sanksi bukanlah masalahnya,” ujarnya.

Lewat BSGI, hampir 25 juta metrik ton bahanan makanan berhasil diekspor terhitung sejak Agustus tahun lalu. Kesepakatan itu pun memungkinkan Program Pangan Dunia PBB mengangkut lebih dari setengah juta metrik ton gandum untuk mendukung operasi kemanusiaan di Afghanistan, Ethiopia, Kenya, Somalia, dan Yaman.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement