REPUBLIKA.CO.ID, KEDIRI -- Dalam rangka menyambut bulan suci Ramadan, Gus-Gus Nusantara (GGN) menggelar tradisi Megengan pada Jumat (17/3/2023). Kegiatan itu digelar bersama keluarga besar Pondok Pesantren (Ponpes) Al-Ijtihad Desa Setono Rejo, Kecamatan Kras, Kediri, Jawa Timur.
Tradisi megengan merupakan kebudayaan nusantara dalam menyambut bulan suci Ramadhan dengan bergembira, membaca zikir, selawat, dan doa bersama.
“GGN mengadakan kegiatan megengan, yaitu ritual Islam yang biasanya dilakukan masyarakat Jawa khususnya Jawa Timur. Ini merupakan bentuk persiapan mensucikan diri menyambut bulan Ramadan,” tutur Koordinator Wilayah GGN Jawa Timur, Gus Alwy Hasan, di lokasi.
Dengan digelarnya kegiatan ini, Gus Alwy berharap masyarakat semakin mengenal pentingnya silaturahmi dan menjaga kebudayaan nusantara.
“Harapan kami agar masyarakat mengenal pentingnya silaturahmi. Seperti yang dicontohkan oleh sosok Pak Ganjar, peduli terhadap adat kebudayaan nusantara Islam,” ungkapnya.
Gus Alwy menambahkan kegiatan ini juga mendapat antusias yang tinggi dari para santri hingga masyarakat. Hal tersebut terlihat dengan banyaknya peserta yang hadir dalam acara kali ini.
“Alhamdulillah semenjak kami beritahukan akan ada acara ini semuanya mendukung, mulai dari santri hingga masyarakat,” kata dia.
Pengurus Ponpes Al Ijtihad Mukhid Zainal mengaku sangat terbuka dengan adanya kegiatan-kegiatan positif yang digelar sukarelawan GGN Dukung Ganjar ini.
Dia berharap kegiatan ini mendapat keberkahan bagi penyelenggara atau peserta yang hadir.
“Kami berharap di kemudian hari acara ini dapat dilaksanakan kembali. Karena ini sangat bermanfaat, membuka hati dan pikiran. Semoga mendapat keberkahan bagi semuanya,” ucap Mukhid Zainal.
Dalam kegiatan ini juga dilakukan doa bersama untuk kedamaian dan keberkahan negara Indonesia.
GGN juga memberikan bantuan alat kebersihan dan cat bagi ponpes dalam rangka kerja bakti bersih di lingkungan desa.
Diketahui, Tradisi turun-temurun ratusan tahun lalu yang diprakarsai oleh Keluarga Kadilangu Notobratan ahli waris Sunan Kalijaga tersebut memiliki makna bersiapnya masyarakat untuk menahan segala hawa nafsu dalam menyambut bulan Ramadan dengan kesenian serta untuk melestarikan kebudayaan lokal, demikian seperti dilansir dari Antara.