Senin 20 Mar 2023 06:40 WIB

BI: Rupiah Tetap Menguat Meski Gonjang-Ganjing Silicon Valley Bank

Asing berbondong-bondong membeli SBN senilai Rp 8,5 triliun.

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Friska Yolandha
Karyawan menghitung uang rupiah dan dolar AS di salah satu gerai penukaran mata uang asing di Jakarta, Kamis (29/9/2022). Bank Indonesia (BI) mencatat pergerakan nilai tukar rupiah tetap mengalami penguatan di tengah kekhawatiran akan dampak kebangkrutan Silicon Valley Bank (SVB).
Foto: Prayogi/Republika.
Karyawan menghitung uang rupiah dan dolar AS di salah satu gerai penukaran mata uang asing di Jakarta, Kamis (29/9/2022). Bank Indonesia (BI) mencatat pergerakan nilai tukar rupiah tetap mengalami penguatan di tengah kekhawatiran akan dampak kebangkrutan Silicon Valley Bank (SVB).

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Bank Indonesia (BI) mencatat pergerakan nilai tukar rupiah tetap mengalami penguatan di tengah kekhawatiran akan dampak kebangkrutan Silicon Valley Bank (SVB) serta Silvergate dan Signature Bank di Amerika Serikat terhadap pasar keuangan Indonesia.

Direktur Departemen Pengelolaan Moneter, Bank Indonesia, Ramdan Denny Prakoso, mengatakan, nilai tukar rupiah pada Jumat (10/3/2021) lalu ditutup pada level Rp 15.445 per dolar AS sebelum pasar keuangan mulai khawatir terhadap dampak SVB yang dinyatakan bangkrut.

Baca Juga

"Namun, saat cerita SVB dan lainnya (muncul), rupiah menguat 0,17 persen dari tanggal 10 Maret dan ditutup Rp 15.340 per dolar AS," kata Denny dalam Pelatihan Wartawan BI di Yogyakarta, Sabtu (19/3/2023).

Mengutip Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia, nilai tukar rupiah hingga Jumat (17/3/2023) sebesar Rp 15.364 per dolar AS, menguat dari Kamis (16/3/2023) Rp 15,418 per dolar AS.

Di tengah penguatan nilai rupiah, Denny mengungkapkan terdapat net capital inflow mencapai Rp 8,5 triliun. Imbal hasil Surat Berharga Negara (SBN) untuk tenor 10 tahun juga menurun yang mencerminkan adanya kenaikan permintaan terhadap SBN dari asing.

"Jadi suprisingly, minggu lalu di tengah cerita SVB itu, asing cukup berbondong-bondong beli SBN total mencapai Rp 8,5 triliun secara net," kata dia.

Adapun year to date (ytd), total net capital inflow asing di SBN sudah mencapai sekitar Rp 40 triliun. "Angka ini lebih baik dibanding periode sama tahun 2020, 2021, 2022 jadi ini tahun tertinggi dan membuat rupiah termasuk yang perform di negara-negara Asia," kata dia.

Menurut Denny, laju nilai rupiah yang tetap menguat salah satunya didorong oleh faktor internal. Fundamental ekonomi masih cukup kuat seperti inflasi dan neraca perdagangan yang surplus 30 bulan berturut-turut.

Para investor lantas menilai perekonomian Indonesia jauh lebih baik sehingga memberikan keyakinan.

Disamping itu, faktor penawaran dan permintaan dolar AS juga turut mempengaruhi nilai tukar rupiah yang salah satunya didorong oleh kinerja ekspor. Bank Indonesia mendorong kegiatan ekspor terus ditingkatkan yang nantinya bakal mempengaruhi pergerakan rupiah.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement