REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Pemerintah Iran telah mengusulkan ke Arab Saudi tiga lokasi untuk pertemuan kegiatan tingkat menteri luar negeri (Menlu). Gerak cepat ini dilakukan seusai Teheran bersama Riyadh sepakat menjalin hubungan kembali.
Menteri Luar Negeri Iran Hossein Amirabdollahian mengatakan pada konferensi pers di Teheran pada Ahad (19/3/2023), negaranya telah menyetujui pertemuan semacam itu. Namun, dia tidak mengungkapkan tiga lokasi atau waktu pertemuan semacam itu akan dilakukan.
"Kesepakatan dicapai dua bulan lalu untuk delegasi teknis Iran dan Bahrain untuk mengunjungi kedutaan kedua negara," ujar Amirabdollahian.
Amirabdollahian juga mengatakan, Teheran siap untuk membuka kembali kedutaan bersama. Dia menyatakan, Iran juga berharap langkah-langkah akan dilakukan untuk menormalisasi hubungannya dengan Bahrain, sekutu dekat Saudi yang mengikuti dalam memutuskan hubungan diplomatik dengan Iran pada 2016.
"Kami berharap beberapa hambatan antara Iran dan Bahrain akan dihilangkan dan kami akan mengambil langkah dasar untuk membuka kembali kedutaan," kata Amirabdollahian.
Secara terpisah, seorang pembantu Presiden Iran Ebrahim Raisi mengatakan bahwa Raja Arab Saudi Salman bin Abdulaziz telah mengundang Raisi untuk mengunjungi Riyadh. Undangan ini disampaikan dalam sebuah surat yang menyambut kesepakatan yang disepakati pada 10 Maret untuk memulihkan hubungan dalam waktu dua bulan, setelah permusuhan bertahun-tahun.
Wakil politik di kantor presiden Mohammad Jamshidi mengatakan di Twitter, Raisi menyambut baik undangan itu. Namun, dia tidak memberikan keterangan waktu kunjungan itu akan dilakukan.
Kesepakatan antara kekuatan Muslim Suni dan Syiah di kawasan itu diumumkan setelah empat hari pembicaraan yang sebelumnya dirahasiakan di Cina. Pembicaraan dilakukan antara pejabat tinggi keamanan dari dua kekuatan Timur Tengah yang bersaing tersebut.
Saudi memutuskan hubungan dengan Iran pada 2016 setelah kedutaannya di Teheran diserbu selama perselisihan antara kedua negara atas eksekusi Saudi terhadap seorang ulama Muslim Syiah. Sedangkan, Bahrain merupakan negara monarki yang diperintah Muslim Suni dengan mayoritas penduduk Syiah telah berulang kali menuduh Iran mengobarkan kerusuhan di negara pulau itu, yang telah dibantah oleh Iran.