REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Setelah tiga kali vakum karena adanya pandemi Covid-19, Dompet Dhuafa (DD) kembali mengirimkan Dai Ambassador ke luar negeri. Mereka akan bertugas untuk menyampaikan syiar dakwah selama bulan Ramadhan 1444 Hijriah/2023 Masehi.
"Tahun 2023 ini, layanan dakwah Dompet Dhuafa akan mengirimikan dai-dainya ke-14 negara dengan total 25 dai," ujar Ketua Ramadhan 1444 H Dompet Dhuafa, Suci N. Qadarsih saat acara pelepasan Dai Ambassador di Gedung Filantropi Dompet Dhuafa, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Senin (20/3/2023).
Belasan dai yang telah mendapatkan pelatihan tersebut akan dikirim ke berbagai negara, seperti Australia, Thailand, Filipina, Hongkong, Jepang, Malaysia, New Zealand, Perancis, Belanda, Taiwan, Belanda, Suriname, dan Kaledonia Baru. Pada Ahad (19/3/2023) kemarin, dai yang bertugas ke Australia dan dan New Zealand sudah diberangkatkan.
"Malam ini ada yang akan berangkat ke Suriname. Nanti menyusul asatidz lainnya ke negara-negara penugasan," ucap Suci.
Suci menjelaskan, pengiriman Dai Ambassador ini merupakan salah satu program Ramadhan Dompet Dhuafa tahun ini. Selain itu, menurut dia, pada Ramadhan kali juga akan digelar program pemberdayaan, program edukasi mengenai zakat, sedekah untuk anak yatim dan dai, serta guru mengaji.
Lalu, Dompet Dhuafa juga akan menggelar program Parsel Ramadhan yang akan dikirimkan ke pelosok daerah dan juga ke Turki, Suriah, dan Palestina. Ada pula program berbagi buka puasa serta program Sedekah Alquran dan Alat Sholat ke masjid atau pun pesantren.
"Nah Dai Ambassador adalah salah satu program Ramadhan di dakwah dan budaya. Jadi memang ini adalah program rutinnya Dompet Dhuafa selama bulan Ramadhan yang baru kita lepas lagi setelah tiga tahun vakum semasa pandemi," jelas Suci.
Sementara itu, Ketua Yayasan Dompet Dhuafa Republika Rahmad Riyadi dalam sambutannya berpesan kepada para Dai Ambasaador untuk terus mendakwahkan budaya zakat di negara-negara tujuannya. Karena, menurut dia, pihaknya ingin suatu terobosan agar zakat bisa benar-benar memberdayakan masyarakat.
"Kita ingin bahwa dakwah tentang Ziswaf ini bisa mendunia. Sebenarnya tujuan kita adalah bagaimana syariat zakat ini bisa tersosialiasi dengan baik," kata Rahmad.
Selain itu, Rahmad juga menyampaikan bahwa tantangan dakwah sekarang ini lebih banyak. Karena, menurut dia, cara berpikir kalangan milenial di era digital sekarang ini sudah sangat berbeda. Menurut dia, ceramah yang bersifat dogmatis tidak mudah untuk diterima kalangan milenial yang cenderung kritis dan rasional.
"Jadi saya kira tradisi kita juga harus diubah dalam pendekatan kita kepada jamaah bahwa kita juga harus lebih terbuka," jelas Rahmad.
Selain itu, dia juga berharap kepada Dai Ambassador yang bertugas untuk terus mengembangkan materi yang akan disampaikan. Karena, menurut dia, materi yang selama ini disampaikan bersifat pengulangan.
"Jadi saya berharap tantangan yang ada sekarang ini juga bisa kita bisa berikan jawabannya, sehingga mereka juga relate dengan dakwah-dakwah kita," ucap Rahmad.
Direktur Layanan Sosial, Dakwah dan Budaya Dompet Dhuafa, KH Ahmad Shinhaji menambahkan, Islam bukan untuk masyarakat Arab saja tapi juga masyarakat global. Karena itu, menurut dia, Dompet Dhuafa memiliki strategi untuk melakukan pengiriman dai ke berbagai negara.
"Kita ingin menjawab persoalan lima benua, Asia, Afrika, Australia, Amerika, dan Eropa. Dan alhamdulillah sepanjang waktu perjalanan dari tahun 2013, lima benua ini sudah kita jajaki dengan pengiriman para dai," kata Rahmad.