Senin 20 Mar 2023 17:39 WIB

Minyak Anjlok Tertekan Kekhawatiran Bank, Bunga Fed Mungkin Naik

Minyak Brent dan WTI sama-sama turun lebih dari tiga persen.

Ilustrasi Kilang Minyak. Harga minyak anjlok ke level terendah dalam 15 bulan pada perdagangan Asia, Senin (20/3/2023) sore, di tengah kekhawatiran risiko di sektor perbankan global dapat menyebabkan resesi yang berdampak permintaan bahan bakar menurun dan menjelang potensi kenaikan suku bunga AS pekan ini.
Foto: dok. Republika
Ilustrasi Kilang Minyak. Harga minyak anjlok ke level terendah dalam 15 bulan pada perdagangan Asia, Senin (20/3/2023) sore, di tengah kekhawatiran risiko di sektor perbankan global dapat menyebabkan resesi yang berdampak permintaan bahan bakar menurun dan menjelang potensi kenaikan suku bunga AS pekan ini.

REPUBLIKA.CO.ID, SINGAPURA -- Harga minyak anjlok ke level terendah dalam 15 bulan pada perdagangan Asia, Senin (20/3/2023) sore, di tengah kekhawatiran risiko di sektor perbankan global dapat menyebabkan resesi yang berdampak permintaan bahan bakar menurun dan menjelang potensi kenaikan suku bunga AS pekan ini.

Minyak mentah berjangka Brent untuk penyelesaian Mei tergelincir 2,32 dolar AS atau 3,2 persen, menjadi diperdagangkan di 70,65 dolar AS per barel pada pukul 07.10 GMT. Kontrak sebelumnya sempat turun ke level 70,56 dolar AS, terendah sejak Desember 2021.

Baca Juga

Pekan lalu, Brent turun hampir 12 persen, penurunan pekanan terbesar sejak Desember. Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS untuk pengiriman April berada di 64,59 dolar AS per barel, jatuh 2,15 persen atau 3,2 persen. Sebelumnya WTI sempat jatuh ke 64,51 dolar AS, juga terendah sejak Desember 2021.

Kontrak WTI turun 13 persen pekan lalu, penurunan pekanan terbesar sejak April lalu. Kontrak April akan berakhir pada Selasa (21/3/2023) dan kontrak berjangka Mei yang lebih aktif juga diperdagangkan merosot 3,2 persen pada 64,81 dolar AS per barel.

Penurunan harga minyak terjadi meskipun ada kesepakatan bersejarah yang akan membuat UBS, bank terbesar di Swiss, membeli Credit Suisse pemberi pinjaman nomor dua di negara itu dalam upaya untuk menghentikan penyebaran krisis perbankan.

 

sumber : ANTARA
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement