REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bulan Ramadhan akan kembali tiba pada paruh kedua Maret 2023. Momentum ini biasanya mengungkit kinerja beberapa sektor saham. Meskipun situasi pasar saham masih berfluktuasi kencang, tetapi fundamental ekonomi Indonesia diyakini dalam kondisi solid dengan tingkat konsumsi masyarakat yang masih terjaga.
Untuk mendorong kenaikan sektor barang konsumsi tentunya perlu didukung kondisi makro ekonomi yang stabil. Lalu bagaimana dengan kondisi makro ekonomi pada bulan puasa dan lebaran tahun ini?
Assurance & Advisory Partner Grant Thornton Indonesia Ciwi Paino menyatakan kondisi makro ekonomi pada bulan Ramadhan tahun ini lebih baik. "Secara historis, konsumsi rumah tangga akan meningkat menjelang hari raya keagamaan terutama Lebaran yang akan berlangsung April nanti. Tahun 2023 merupakan fase transisi dari pandemi Covid-19 menuju normal baru. Mobilitas masyarakat meningkat sehingga roda bisnis ekonomi dapat berjalan optimal, termasuk konsumsi masyarakat," katanya dalam siaran pers, Senin (20/3/2023).
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat konsumsi rumah tangga tumbuh 4,9 persen year on year (YoY) pada tahun 2022, hal ini juga dipicu oleh meningkatnya pendapatan masyarakat yang tercermin dari kenaikan PPh Pasal 21 sebesar 18,4 persen. Adapun pada awal tahun ini, menurut survei Bank Indonesia, Indeks Kondisi Ekonomi (IKE) saat ini juga terpantau solid, tumbuh 112,4 terdorong dari Indeks Penghasilan yang meningkat ke level 118,5.
"Memasuki bulan Ramadhan, saham-saham ritel dan konsumsi kerap menjadi favorit. Prospek sektor konsumsi terdongkrak oleh pemulihan aktivitas masyarakat sehingga mendukung tren penjualan di 2023. Hal ini didukung oleh meningkatnya belanja dan konsumsi masyarakat yang juga memperoleh pendapatan tambahan dalam bentuk Tunjangan Hari Raya (THR) atau gaji ke-13," ungkap Ciwi.
Berdasarkan data Mirae Asset Sekuritas, tercatat tiga indeks sektor saham yang mencatatkan kenaikan. Ketiga indeks sektoral itu ialah sektor konsumer primer, sektor teknologi, serta sektor transportasi dan logistik. Indeks-indeks itu mencatatkan kinerja yang lebih baik ketimbang Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang terkoreksi 1,32 persen secara year to date.
Tercatat indeks sektor transportasi dan logistik mencatatkan kenaikan paling tinggi, yakni sebesar 7,8 persen. Sementara itu, sektor teknologi mencatatkan kenaikan sebesar 4,5 persen dan sektor konsumer primer naik 1,6 persen.
Ciwi Paino mengatakan, pasar saham Indonesia mencatat kinerja yang baik di 2022, mengungguli kinerja pasar saham di kawasan ASEAN lainnya, yang juga didukung stabilitas kondisi makro ekonomi domestik. "Momentum hari raya ini dapat dimanfaatkan para investor untuk mulai bersiap-siap mengoleksi secara bertahap beberapa saham-saham unggulan di bulan Ramadhan," katanya.
"Investor bisa mencermati saham yang biasa berpotensi menghasilkan profit selama Ramadhan seperti saham emiten ritel dan juga konsumen. Tidak hanya itu, ada dua sektor lain yang berpeluang membukukan kinerja cemerlang seperti sektor transportasi dan sektor infrastruktur," lanjut Ciwi.
"Volatilitas pasar diperkirakan tetap tinggi karena pasar masih akan terus memperhatikan arah kebijakan suku bunga dan juga seberapa dalam pelemahan ekonomi yang dapat terjadi di 2023. Oleh karena itu, kami menyarankan bahwa setiap keputusan investasi haruslah memperhatikan dan evaluasi informasi perkembangan terakhir dari industri dan emiten yang ditargetkan, tidak didasarkan pada tren yang pernah terjadi di masa lalu, karena setiap hari bisa saja ada perkembangan dunia usaha di level nasional maupun global yang bisa mempengaruhi kinerja dari emiten tersebut," kata Ciwi.