REPUBLIKA.CO.ID, BRUSSELS -- Uni Eropa pada hari Senin (20/3/2023) menyetujui rencana bantuan senilai 2 miliar euro untuk mengirim satu juta peluru artileri ke Ukraina selama setahun kedepan. Negara anggota Uni Eropa bahkan bersedia mengurangi pasokan artileri dalam negeri mereka sendiri demi mengirim lebih banyak pasokan artileri ke Ukraina.
"Kami telah mencapai konsensus politik untuk mengirimkan satu juta peluru kaliber 155 mm ke Ukraina," kata Menteri Pertahanan Estonia Hanno Pevkur kepada wartawan di sela-sela pertemuan menteri luar negeri dan pertahanan Uni Eropa di Brussels.
"Ada banyak, banyak detail yang masih harus (diselesaikan) tetapi bagi saya, yang paling penting adalah kita menyelesaikan negosiasi ini dan itu menunjukkan satu hal kepada saya, Jika ada kemauan, pasti ada jalan," kata Pevkur, yang negaranya telah memperjuangkan gerakan itu.
Rencana yang disetujui oleh para menteri Uni Eropa ini didasarkan pada proposal dari kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa Josep Borell untuk membelanjakan 1 miliar euro atau 1,07 miliar dolar AS (Rp 16 triliun) demi keperluan pertahanan Kiev. Dan 1 miliar euro lainnya lebih untuk pengadaan bersama.
Sumber pengadaan amunisi bersama ini akan terbatas pada perusahaan dari Uni Eropa dan Norwegia, yang memiliki ikatan ekonomi yang erat dengan blok tersebut. Namun, beberapa negara anggota Uni Eropa menginginkan inisiatif terbuka untuk pasar yang lebih luas, dengan alasan ini akan membantu pengiriman amunisi lebih cepat ke Ukraina.
Tetapi yang lain mengatakan uang Uni Eropa harus masuk ke perusahaan Uni Eropa dan bersikeras bahwa mereka akan memiliki kapasitas untuk memenuhi permintaan.
Sebagai bagian dari prakarsa tersebut, sebuah kelompok yang terdiri dari 17 anggota Uni Eropa ditambah Norwegia menandatangani sebuah dokumen yang dikenal sebagai pengaturan proyek. Dokumen itu menetapkan syarat-syarat upaya bersama untuk segera membeli amunisi 155 mm dan program jangka panjang untuk membeli amunisi lainnya.
Langkah seperti itu menandai langkah signifikan dalam integrasi Uni Eropa. Karena pengadaan pertahanan di Uni Eropa sebagian besar berada di tangan masing-masing negara anggota sampai sekarang.
Upaya pengadaan bersama yang baru akan dipimpin oleh Badan Pertahanan Eropa milik UE, yang mengatakan bahwa pendekatan bersama adalah pilihan terbaik untuk mencapai pengurangan biaya ekonomi.