Selasa 21 Mar 2023 09:17 WIB

Kekhawatiran Krisis Bank Mereda, IHSG Berbalik Arah ke Zona Hijau

IHSG menguat tipis sebesar 0,03 persen ke level 6.614,52.

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Friska Yolandha
Pekerja melintas di depan layar yang menampilkan informasi pergerakan harga saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Jumat (18/11/2022). IHSG menguat tipis sebesar 0,03 persen ke level 6.614,52.
Foto: ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso
Pekerja melintas di depan layar yang menampilkan informasi pergerakan harga saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Jumat (18/11/2022). IHSG menguat tipis sebesar 0,03 persen ke level 6.614,52.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka di zona hijau pada perdagangan Selasa (21/3/2023). IHSG menguat tipis sebesar 0,03 persen ke level 6.614,52 setelah terkoreksi mendekati satu persen kemarin. 

Indeks saham di Asia pagi ini dibuka menguat mengikuti pergerakan indeks saham utama di AS. "Wall Street semalam melompat seiring dengan redanya kekhawatiran tentang penularan krisis perbankan," kata Phillip Sekuritas Indonesia dalam risetnya, Selasa (21/3/2023). 

Baca Juga

Tingkat keyakinan investor terhadap sektor perbankan membaik setelah pada minggu lalu UBS mencapai kesepakatan untuk membeli saingan abadinya Credit Suisse dengan potongan harga yang besar. Transaksi ini disponsori oleh bank sentral Swiss atau Swiss National Bank (SNB), Otoritas Jasa Keuangan Swiss atau Swiss Financial Market Supervisory Authority serta Pemerintah Swiss.

Di Amerika Serikat (AS), Flagstar Bank, anak usaha dari New York Community Bank membeli mayoritas Dana Pihak Ketiga (DPK) dan sejumlah kredit milik Signature bank. Namun demikian, kekhawatiran investor belum sepenuhnya berakhir karena peringkat First Republic Bank diturunkan oleh agen pemeringkat S&P 500 Global Ratings untuk kedua kalinya dalam empat hari terakhir.

Sementara itu, Silicon Valley Bank (SVB) masih juga belum terjual sehingga Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) AS yaitu Federal Deposit Insurance Corp (FDIC) harus memperpanjang masa penawaran.

Kenaikan indeks saham juga dibarengi dengan penurunan imbal hasil di pasar obligasi. Yield US Treasury Note bertenor 10 tahun naik menjadi 3,45 persen dari penutupan pada hari Jumat, 3,39 persen. Investor di pasar obligasi menimbang peluang apakah bank sentral AS akan menahan kenaikan suku bunga acuan minggu ini pascaguncangan di industri perbankan.

"Investor saat ini mempunyai ekspektasi suku bunga acuan akan mecapai puncaknya di 4,8 persen pada bulan Mei, di susul oleh serangkaian pemangkasan suku bunga secara perlahan hingga akhir tahun ini," kata Phillip Sekuritas.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement