Selasa 21 Mar 2023 16:58 WIB

Air Products Mundur dari Proyek DME, Ini Alasannya

Bagi Air Product, proyek tersebut harus memiliki perencanaan matang.

Rep: Intan Pratiwi/ Red: Ahmad Fikri Noor
Presiden Joko Widodo memberikan arahan saat groundbreaking proyek hilirisasi batu bara menjadi Dimetil Eter (DME) di Kawasan Industri Tanjung Enim, Tanjung Lalang, Tanjung Agung, Muara Enim, Sumatera Selatan, Senin (24/1/2022).
Foto: ANTARA/Nova Wahyudi
Presiden Joko Widodo memberikan arahan saat groundbreaking proyek hilirisasi batu bara menjadi Dimetil Eter (DME) di Kawasan Industri Tanjung Enim, Tanjung Lalang, Tanjung Agung, Muara Enim, Sumatera Selatan, Senin (24/1/2022).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Jenderal Mineral dan Batu Bara Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ridwan Djamaludin mengakui bahwa alasan Air Products mundur dari proyek gasifikasi batu bara jadi DME karena persoalan keekonomian. Ia mengatakan, bagi Air Product, proyek tersebut harus memiliki perencanaan matang.

"Ini menjadi evaluasi kita memang bahwa dalam merencanakan proyek kita harus detail lagi ke depan. Air Products masalahnya memang di keekonomian," ujar Ridwan saat ditemui di JCC, Selasa (21/3/2023).

Baca Juga

Padahal, menurut Ridwan, proyek ini sudah menjadi perhatian Presiden Joko Widodo karena turut mengikuti sesi groundbreaking. Secara penguasaaan teknologi dan investasi, proyek ini juga sepenuhnya bergantung pada Air Products.

"Terlihat sekali aspek keekonomian dan penguasaan teknologi kita yang masih tergantung orang lain. Akibatnya kita sulit sekali mencapai keekonomian atau sulit mencari mitra yang cocok dengan kebutuhan kita," ujar Ridwan.

Mengingat proyek ini sudah masuk dalam Proyek Strategis Nasional (PSN), maka PT Bukit Asam Tbk (PTBA) dan Pertamina akan melanjutkan proyek ini dengan mencari mitra yang sesuai dengan konsep ini.

"Kita tinjau ulang rencana kerjanya sambil juga mencari mitra yang sesuai dengan skenario program itu," ujar Ridwan.

Air Products tak hanya mundur dari proyek gasifikasi batu bara di PTBA saja tetapi juga di proyek yang dikembangkan oleh PT Kaltim Prima Coal (KPC). Menurut Ridwan, setelah melakukan pembahasan bersama ternyata model bisnisnya tidak cocok.

"Inilah kenapa ke depan kita mau semua persiapan detail dulu," ujar Ridwan.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement