Rabu 22 Mar 2023 06:52 WIB

Xi Jinping dan Vladimir Putin Semakin Hangat Walau Berbeda Tanggapi Konflik Ukraina

Putin memuji Xi atas rencana perdamaian yang diusulkan Cina bulan lalu.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Nidia Zuraya
 FILE - Presiden Rusia Vladimir Putin (kiri) memberi isyarat saat berbicara dengan Presiden China Xi Jinping selama KTT Organisasi Kerjasama Shanghai (SCO) di Samarkand, Uzbekistan, 16 September 2022.
Foto: Sergei Bobylev, Sputnik, Kremlin Pool Photo v
FILE - Presiden Rusia Vladimir Putin (kiri) memberi isyarat saat berbicara dengan Presiden China Xi Jinping selama KTT Organisasi Kerjasama Shanghai (SCO) di Samarkand, Uzbekistan, 16 September 2022.

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Presiden Cina Xi Jinping dan Presiden Rusia Vladimir Putin menunjukan kehangatan yang lebih erat usai pembicaraan dua hari di Moskow. Mereka melakukan kritik bersama terhadap Barat, meski berbeda dalam menanggapi konflik Ukraina.

Putin memuji Xi atas rencana perdamaian yang diusulkan Cina bulan lalu. Dia menyalahkan Kiev dan Barat karena menolak usulan perdamaian tersebut.

Baca Juga

"Kami percaya bahwa banyak ketentuan dari rencana perdamaian yang diajukan oleh Cina selaras dengan pendekatan Rusia dan dapat diambil sebagai dasar penyelesaian damai ketika mereka siap untuk itu di Barat dan di Kiev. Namun, sejauh ini kami tidak melihat kesiapan seperti itu dari pihak mereka," kata Putin.

Tapi Xi hampir tidak menyebutkan konflik itu sama sekali. Dia mengatakan, bahwa Cina memiliki posisi tidak memihak di dalamnya.

Meski berbeda sikap atas konflik itu, kedua pemimpin menyebut satu sama lain sebagai teman baik, menjanjikan kerja sama ekonomi, dan menggambarkan hubungan negara mereka sebagai yang terbaik yang pernah ada. Pernyataan bersama pun menyoroti tindakan Washington merusak stabilitas global dan alinasi Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) menerobos masuk ke kawasan Asia-Pasifik.

Menanggapi pertemuan tersebut, Gedung Putih mengatakan, posisi Cina tidak memihak. Dia mendesak Beijing untuk menekan Moskow agar mundur dari wilayah kedaulatan Kiev untuk mengakhiri perang.

Barat sebagian besar menolak rencana perdamaian Xi untuk Ukraina karena terlalu samar untuk membuat perbedaan. Namun Ukraina mungkin berharap untuk menjaga Cina tetap netral, lebih berhati-hati, dengan perlahan menyambut rencana tersebut ketika diluncurkan bulan lalu.

Sikap tersebut ditunjukan kembali saat Presiden Ukraina  Volodymyr Zelenskyy menerima kunjungan Perdana Menteri Jepang  Fumio Kishida pada Selasa (21/3/2023). Pada konferensi persnya dengan Kishida, Zelenskyy mengatakan, Kiev telah mengundang Beijing untuk menandatangani rencana perdamaian yang diusulkan negaranya sendiri tetapi tidak mendapat jawaban. Zelenskyy telah berulang kali meminta Xi untuk berbicara dengannya.

Kiev mengatakan tidak akan ada pembicaraan damai dengan Moskow kecuali negara itu menarik pasukannya. Rusia mengatakan, Ukraina harus menerima kenyataan teritorial dalam merujuk pada pencaplokan hampir seperlima dari Ukraina.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement