Oleh: Syahruddin El-Fikri
“Marhaban ya Ramadhan.”
Selamat datang wahai bulan yang penuh berkah, ampunan, dan kasih sayang Allah.
“Marhaban ya Ramadhan, marhaban syahra as-Shiyam.”
Selamat datang Ramadhan, selamat datang bulan puasa.
Demikianlah ungkapan orang-orang yang beriman kepada Allah SWT. Sebab, hanya mereka yang berimanlah yang gembira dengan datangnya bulan ramadhan. Sebab, di bulan inilah, Allah SWT mewajibkan umat Islam untuk melaksanakan ibadah puasa selama sebulan penuh, yang dimulai dari terbit fajar, hingga terbenam matahari.
Dalam Al-Qur’an, kewajiban berpuasa, ditegaskan oleh Allah SWT dalam surah Al-Baqarah [2]: ayat 183. “Ya ayyuha al-ladzina amanu kutiba ‘alaikumu as-shiyam, kama kutiba ‘ala al-ladzina min qablikum la’allakum tattaqun.”
“Wahai orang-orang yang beriman, telah diwajibkan atas kalian untuk berpuasa, sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu, agar kamu menjadi orang-orang yang bertakwa.” (QS Al-Baqarah [2]: 183).
Tujuan puasa adalah untuk membentuk pribadi Muslim yang bertakwa (muttaqin) kepada Allah SWT. Dan ciri orang yang bertakwa itu adalah senantiasa mengerjakan segala yang diperintahkan Allah, dan menjauhi segala larangan-Nya. (Waf’alu al-khairat wa ajtanibu ‘ani as-sayyia`at).
Puasa diwajibkan kepada setiap Muslim, terutama yang sudah dewasa (baligh). Kewajiban itu berlaku selama sebulan dalam setahun, yakni pada bulan Ramadhan. Perintah puasa ini pertama kali disyariatkan pada tahun ke-2 hijriyah, yaitu sesudah Rasulullah SAW berhijrah dari Makkah ke Madinah.
Puasa ini sesungguhnya bukan hanya dilakukan oleh umat Islam saja, tetapi juga sudah dilakukan oleh umat-umat lainnya. Hal ini tampak dari keterangan ayat Al-Qur’an surah Al-Baqarah [2] ayat 183 diatas. Umat Islam mengenal dengan puasa Nabi Daud AS, yakni puasa selang-seling (sehari puasa sehari berbuka). Puasanya Nabi Musa saat di menerima 10 perintah dari Allah.
“Maka Musa ada di sana beserta Tuhan 40 hari 40 malam lamanya, tiada ia makan roti dan tiada pula ia minum air, disuratkannya firman perjanjian, 10 firman itu di atas loh batu itu.” (Perjanjian Lama, Kitab Kejadian 34: 28).
Bahkan, dalam agama lain pun dikenal pula istilah puasa. Misalnya dalam agama Buddha, Kristen, Hindu, Yahudi, Kaum Majusi, Zoroaster, Manu, Sabiin, dan lainnya. Hanya saja, puasa yang mereka lakukan, berbeda dengan puasa yang dijalankan umat Islam.
Umat Islam berpuasa dengan tujuan untuk menjadi orang yang bertakwa dengan cara mengendalikan diri dari makan dan minum serta yang membatalkannya. Sedangkan umat lainnya, memiliki tujuan puasa yang berbeda pula. Antara lain, sebagai kesaktian, kekebalan, kebatinan, olah kanuragan, dan lain sebagainya.
Ramadhan adalah bulan yang sangat mulia. Rasulullah SAW bersabda:
“Man shama ramadhana imanan wahtisaban, ghufira lahu ma taqaddama min dzanbih.”
“Barangsiapa yang berpuasa di bulan Ramadhan, dengan penuh keimanan dan keikhlasan (karena Allah), maka diampuni segala dosa-dosanya yang telah lalu.” (HR Bukhari dari Abu Hurairah RA).
Dalam hadis lain disampaikan; “Man qama ramadhana imanan wahtisaban, ghufira lahu ma taqaddama min dzanbih.”
“Barangsiapa yang berdiri melaksanakan shalat malam di bulan Ramadhan, dengan penuh keimanan dan keikhlasan (karena Allah), maka diampuni segala dosa-dosanya yang telah lalu.”
Demikian besarnya pahala yang terdapat dalam bulan Ramadhan, terutama bagi yang berpuasa, maka Allah menjanjikan balasan khusus baginya.
“Semua ibadah anak cucu Adam adalah untuknya, kecuali puasa. Sesungguhnya puasa itu untuk-Ku, dan Aku-lah yang akan membalasnya.” (Hadis Qudsi).
Dengan berbagai macam kebajikan dan pahala yang dijanjikan, sudah sepantasnya umat Islam untuk menyambut gembira datangnya bulan yang penuh ampunan dan berkah dari Allah ini dengan penuh kegembiraan. Sebab, didalamnya terdapat jutaan pahala yang akan diberikan kepadanya. “Barangsiapa yang bergembira dengan datangnya bulan Ramadhan, maka Allah akan mengharamkan dirinya dari sentuhan api neraka.”
Rasul SAW bersabda: “Awalnya ramadhan itu rahmat (kasih sayang), pertengahannya maghfirah (ampunan), dan akhirnya pelepasan diri dari api neraka (itqun min an-nar).
Oleh karena itu, saat tiba bulan Ramadhan, hendaknya setiap Muslim dapat mempersiapkan diri untuk meraih berbagai macam hikmah, ampunan, rahmat, dan kasih sayang dari Allah SWT. Karena, Ramadhan adalah bulan yang diberkahi, bulan dikabulkannya segala doa, dan diampuninya segala dosa.
Pada bulan Ramadhan ini pula, Allah SWT menurunkan kitab suci Al-Qur’an kepada Nabi Muhammad SAW, sebagai petunjuk bagi umat manusia. Dan di bulan ini pula, terdapat satu malam yang nilai ibadahnya akan dilipatgandakan. Beribadah pada malam itu, nilainya lebih baik daripada seribu bulan. Itulah Lailatul Qadar. Dan hanya mereka yang ikhlas serta diridlai-Nya, yang akan mendapatkan malam kemuliaan itu.
Karena itu, marilah kita isi bulan Ramadhan, dengan memperbanyak amal ibadah kepada Allah, melaksanakan sunnah Rasulullah SAW, berbagi kepedulian dengan sesama, dan menjauhi segala yang dilarang-Nya. Mudah-mudahan Allah menjadikan kita sebagai pribadi Muslim yang bertakwa. Aamien.