Rabu 22 Mar 2023 17:21 WIB

Demi AS, Filipina Tetapkan Empat Pangkalan Militer Baru 

Filipina dan AS akan segera mengumumkan lokasi pangkalan itu,

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Ferry kisihandi
 Menteri Pertahanan A.S. Lloyd James Austin III (kanan) berjabat tangan dengan Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr. pada kunjungan kehormatan di Istana Malacanang di Manila, Filipina, Kamis (2/2/2023).
Foto: Jam Sta Rosa/Pool Photo via AP
Menteri Pertahanan A.S. Lloyd James Austin III (kanan) berjabat tangan dengan Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr. pada kunjungan kehormatan di Istana Malacanang di Manila, Filipina, Kamis (2/2/2023).

REPUBLIKA.CO.ID,MANILA – Filipina menetapkan empat pangkalan militer baru yang dapat digunakan bersama AS. Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr mengungkapkan, ada sejumlah tempat yang menjadi pilhan termasuk  salah satu provinsi yang menghadap Laut Cina Selatan. 

Februari lalu, Marcos memberikan akses kepada AS ke empat lokasi pangkalan militer, selain lima pangkalan yang sudah ada merujuk Perjanjian Kerja Sama Pertahanan yang Ditingkatkan (EDCA) 2014. Ini ditempuh di tengah meningkatnya ketegangan di Laut Cina Selatan. 

"Ada empat lokasi tambahan yang tersebar di sekitar Filipina, ada yang di utara, sekitar Palawan, ada yang lebih jauh ke selatan," kata Marcos saat menghadiri peringatan pendirian angkatan bersenjata, Rabu (22/3/2023). 

EDCA memungkinkan akses militer AS ke pangkalan Filipina untuk latihan bersama, pra-penempatan peralatan dan pembangunan fasilitas seperti landasan pacu, penyimpanan bahan bakar, dan perumahan militer. Tetapi kesepakatan ini bukan kehadiran permanen.  

"Filipina dan AS akan segera mengumumkan lokasi pangkalan itu," kata Marcos. Ia menambahkan, lokasi pangkalan militer itu akan meningkatkan kemampuan Filipina mempertahankan sisi timur Pulau Luzon.  Luzon adalah pulau utama Filipina terdekat dengan Taiwan.

Kementerian Luar Negeri Cina pada Rabu menegaskan kembali, AS meningkatkan ketegangan dengan memperkuat penempatan militernya di kawasan itu. Cina menambahkan, negara-negara harus waspada dan menghindari agar tidak dimanfaatkan AS.

"Kami yakin kerja sama pertahanan antarnegara harus kondusif bagi perdamaian dan stabilitas kawasan,’’ ujar juru bicara Kementerian Luar Negeri Cina, Wang Wenbin. Jadi, tidak boleh ditujukan kepada pihak ketiga atau merugikan kepentingan pihak ketiga.

Seorang mantan kepala militer Filipina secara terbuka mengatakan, AS meminta akses ke pangkalan di Isabela, Zambales, dan Cagayan yang terletak di Pulau Luzon serta menghadap ke utara menuju Taiwan. Juga di Palawan, dekat Kepulauan Spratly di Laut Cina Selatan.

Beberapa kepala daerah di lokasi potensial EDCA menentang keputusan Marcos. Mereka khawatir terseret ke dalam konflik antara AS dan Cina atas Taiwan. Marcos mengaku berbicara dengan mereka soal manfaat bagi provinsi yang mereka pimpin. 

Washington berkomitmen menggelontorkan investasi infrastruktur 80 juta dolar AS di lima lokasi, yaitu Pangkalan Udara Antonio Bautista di Palawan, Pangkalan Udara Basa di Pampanga, Benteng Magsaysay di Nueva Ecija, Pangkalan Udara Benito Ebuen di Cebu, dan Pangkalan Udara Lumbia di Mindanao. 

Berbicara di hadapan pasukan Filipina, Marcos meminta mereka mewaspadai ancaman eksternal terhadap keamanan dalam negeri yang  kini lebih kompleks dan tidak dapat diprediksi. Menurut dia, ancaman semacam ini membutuhkan penyesuaian dalam strategi keamanan Filipina.

 

sumber : reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement