REPUBLIKA.CO.ID, SOL -- Ratusan santri pondok modern Assalam ikut mengamati proses pemantauan hilal guna penetapan 1 Ramadhan di observatory, Rabu (22/3/2023). Kendati demikian, lantaran cuaca tidak mendukung hilal belum terlihat.
"Hari ini kebetulan langit tidak mendukung untuk melakukan pengamatan. Sebenarnya tadi siang kita sudah optimistis soalnya ada matahari cukup bersinar berharap sorenya cerah ternyata pukul 17.00 tadi justru makin tebal awannya," kata AR Sugeng Riyadi kepala pusat astronomi assalam, Rabu (22/3/2023).
Sugeng menjelaskan bahwa jika secara empiris hilal terlihat. Namun, lantaran awan tebal pihaknya belum bisa mengabadikan hilal satu Ramadhan. "Secara astronomi mestinya terlihat tapi secara empiris mengabadikan hilal faktornya awan yang sangat tebal di barat. Kita laporkan ke kementerian agama hilal tidak teramati dari Observatorium Assalaam," katanya.
Sugeng mengatakan bahwa pengamatan oleh para rukyatul hilal sejak pukul 17.00-17.47 WIB. "Pengamatan jam 5 kemudian mengamati bersama dengan teleskop dan mata perukyat 10 menit menjelang matahari terbenam kira-kira ada melihat hilal resmi bulan terbenam pada 18.21 WIB," katanya.
Selain itu, untuk penentuan satu Ramadhan, Sugeng mengatakan akan dilakukan langsung oleh Kementerian Agama. Namun, ia mendapatkan informasi bahwa hilal telah terlihat di Makassar.
"Penentuan ditentukan menteri agama didasarkan hasil rukyat dari seluruh wilayah Indonesia. Barusan saya mendapatkan laporan hilal terekam di Makassar sedang diproses dikirimkan ke Kemenag," katanya.