Kamis 23 Mar 2023 09:31 WIB

Xi Jinping ke Rusia Promosikan Pembicaraan Damai

Cina sebut AS tak netral dan mengipasi konflik dengan memberi senjata ke Ukraina

Rep: Dwina Agustin/ Red: Esthi Maharani
Presiden Rusia Vladimir Putin (kanan) dan Presiden China Xi Jinping bersulang saat makan malam mereka di The Palace of the Facets adalah sebuah bangunan di Kremlin Moskow, Rusia, Selasa (21/3/2023).
Foto: Pavel Byrkin, Sputnik, Kremlin Pool Photo via
Presiden Rusia Vladimir Putin (kanan) dan Presiden China Xi Jinping bersulang saat makan malam mereka di The Palace of the Facets adalah sebuah bangunan di Kremlin Moskow, Rusia, Selasa (21/3/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Cina mengatakan pada Rabu (22/3/2023), bahwa kunjungan Presiden Xi Jinping yang baru saja selesai ke Rusia adalah perjalanan persahabatan, kerja sama, dan perdamaian. Beijing sekali lagi mengkritik Washington karena memberikan dukungan militer ke Kiev.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri Cina Wang Wenbin menegaskan kembali bahwa pihaknya tetap netral dalam konflik tersebut. "Tidak memiliki motif egois dalam masalah Ukraina, tidak berpangku tangan ... atau mengambil kesempatan untuk mendapatkan keuntungan sendiri," ujar Wang.

Baca Juga

"Apa yang telah dilakukan Cina bermuara pada satu kata, yaitu mempromosikan pembicaraan damai," kata Wang pada pengarahan harian.

Wang menuduh Amerika Serikat (AS) tidak memiliki kenetralan dan malah mengipasi api konflik dengan memberikan senjata pertahanan ke Ukraina untuk keuntungannya sendiri.

AS, aliansi Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO), dan negara-negara mitra telah secara terbuka mendukung Ukraina sejak awal konflik pada Februari tahun lalu. Sedangkan Cina secara luas dipandang memberikan dukungan ekonomi untuk rezim Putin sambil menghindari keterlibatan langsung.

“Kunjungan Presiden Xi Jinping ke Rusia merupakan perjalanan persahabatan, kerja sama, dan perdamaian, yang telah menimbulkan tanggapan positif di komunitas internasional,” kata Wang.

Menurung Wang, Beijing akan terus memainkan peran konstruktif dalam mempromosikan penyelesaian politik masalah Ukraina.  Dia merujuk pada proposal perdamaian 12 poin yang diajukan oleh Cina yang menyerukan gencatan senjata dan negosiasi.

Dokumen tersebut telah ditolak oleh Barat, sebagian besar karena Beijing memiliki hubungan "tanpa batas" dengan Moskow tidak dilihat sebagai perantara yang tidak memihak. Proposal itu juga tidak menyinggung sedikit pun tentang penarikan Rusia dari wilayah Ukraina yang diduduki secara paksa.

Kunjungan Xi sangat dipromosikan oleh Cina dan Rusia tetapi dibayangi oleh kunjungan Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida ke Ukraina pada Selasa (21/3/2023). Sekutu dekat AS dan saingan utama Cina di Asia Timur ini melakukan perjalanan pada hari kedua kunjungan kenegaraan Xi di Rusia.

AS dan sekutu terus mengungkapkan kekhawatiran bahwa Cina dapat menyediakan peralatan militer untuk melengkapi pembelian sumber daya energi Rusia dan penyediaan chip komputer untuk menjaga ekonomi Rusia tetap bertahan.

sumber : AP
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement