REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Bupati Malang M Sanusi mengatakan tingkat ketersediaan cabai rawit di daerahnya menyentuh angka 21.503 ton. Hal ini berdasarkan data Dinas Ketahanan Pangan Kabupaten Malang hingga Maret 2023.
Sementara itu, ketersediaan cabai rawit sepanjang 2022 di Kabupaten Malang mencapai 82.371 ton. Dengan total kebutuhan konsumsi sebesar 14.542 ton, artinya terdapat surplus cabai rawit sebesar 68.371 ton sepanjang tahun lalu.
"Dengan capaian tersebut, harusnya harga jual cabai di Kabupaten Malang dapat bertahan pada angka yang stabil," kata Sanusi di Kecamatan Dau, Kabupaten Malang.
Sanusi sendiri tidak menampik harga cabai di daerahnya sudah mencapai Rp 80 ribu per kilogram. Di satu sisi, hal ini berdampak baik terhadap penghasilan para petani di Kabupaten Malang.
Jika petani mampu memproduksi 17 ton cabai selama empat bulan, dia mencontohkan, maka pendapatannya bisa mencapai Rp 1,360 miliar. Merujuk hal tersebut, pihaknya belum lama ini melaksanakan gerakan tanam cabai.
Kegiatan ini dilatarbelakangi pengaruh komoditas tanaman tersebut terhadap inflasi di Kabupaten Malang. Di sisi lain, Sanusi menyatakan, sejauh ini pemanfaatan pekarangan untuk memenuhi gizi keluarga dirasa masih belum optimal.
Padahal upaya ini dapat mewujudkan ketahanan dan kemandirian pangan serta pemenuhan gizi keluarga. Pemanfaatan pekarangan sebagai lahan produktif juga dapat memberikan beberapa keuntungan.
Hal yang pasti, gerakan tanam cabai dengan memanfaatkan lahan atau pekarangan rumah sangat baik untuk dilaksanakan. Ini karena masyarakat dapat memenuhi sendiri kebutuhan cabai secara mandiri.
Kemudian juga dapat berdampak pada upaya menekan inflasi yang disumbang oleh cabai merah. Selanjutnya, dia berharap masyarakat dapat membiasakan dengan memanfaatkan potensi daerah yang kaya dan subur dari hal-hal kecil saja.
"Misalnya menaman cabai di polybag di halaman rumah," kata pria berkopiah ini.